Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kala Buzzer Membunuh Penciptanya, Salah Jokowi juga?

16 Februari 2021   20:50 Diperbarui: 16 Februari 2021   21:01 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atas nama kritik namun menjelek-jelekan fisik orang. Menghakimi pihak lain, tanpa ia berbuat apa-apa. Lihat pada tayangan media sosial politik, apapun itu, akan dengan mudah ketemu akun datang dengan caci maki. Mereka tanpa karya sama sekali. Hanya untuk membuat status 160 karakter saja tidak mampu. Tetapi lagaknya melebihi ahlinya ahli. Apalagi jika bicara yang lebih sulit.

Mereka ini bisanya membagikan link atau status dari orang lain. Tanpa mereka tahu isi apalagi kebenarannya. Kata Prabowo dalam kampanye, bangsa ini masih sedikit bodoh, ini bukan karena kurang gizi, namun tabiat malah cek dan ricek. Mata doitan pula. Asal ada uang, mau benar atau salah, pokoknya ambil.

Siapa yang paling keras kini berteriak? Ya yang jadi korban gulungan bola salju dari buzzer-relawan itu. Parpol pencipta yang tidak menyangka terkena imbas mengerikan. Mereka yang memiliki gagasan, hanya karena gagal menjaga pada koridor tertib hukum, akhirnya tumbang.

Mereka pastinya paham, tetapi demi mendapatkan keuntungan cepat dan murah akhirnya terjerembab sendiri. Jika merasa pemerintah yang otoriter, ya silakan bawa ke MK pasal-pasal yang dikenakan.

Memilukan Dewan Pers, malah bertabiat seperti tukang ojek kesaing dengan ojek berbasis aplikasi. Menyalahkan buzzer-relawan, tanpa mau tahu perilaku anak buah mereka yang ngaco tidak karuan.  Penegakan hukum, etis mereka sangat lemah. Minta maaf cukup. Sangat tidak mendidik, ketika ada relawan-buzzer bereaksi mereka marah.

Memang ada buzzer-relawan yang ngaco, tetapi jauh lebih ngaco media. Lihat saja perilaku Tempe dengan narasi yang ugal-ugalan, belum lagi covernya. Jangan mengatakan kebebasan pers, namun mereka sendiri juga antikritik. Sama juga dengan mau manisnya tetapi tidak mau mengupas tebu.

Perilaku kanak-kanak, khas tidak mau susah, tampil pada para elit Dewan Pers. Wajar jika tergulung oleh perkembangan zaman. Semua melangkah maju. Jangan salahkan kemajuan, ketika tidak siap dengan perubahan.

Konsekuensi logis ketika orang atau kelompok itu berperilaku, kemudian dijawab. Yang memberikan reaksi biasanya sudah mengamati, belajar, dan lebih waspada. Nah kalau kemudian jatuh, ya itu risiko, bukan malah menyalahkan yang bereaksi. Santai Dab, berani bermain, yo siap jatuh, bukan maunya menang wong tahu memang salah dan kalah. Sikap dewasa itu perlu dibangun.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun