Kita Rakus, Terjadi Banyak Bencana, Eh Viral Tayangan APBD untuk Yudhoyono Foundation
Azab tak pakai lama, tema sinetron yang konon sangat memikat itu, kini seolah dialami sendiri oleh Demokrat. Jika meminjam istilah-istilah viral Pak SBY, come on, sampai lebaran kuda juga katakan tidak pada korupsi. Tuhan tidak suka. Saya bisa menjelaskan tetapi tidak baik bagi rakyat, mau membantu negara, apa daya di luar pemerintahan.
Kita rakus maka terjadi banyak bencana, menjadi pembelajaran pemerintah untuk mengadakan evaluasi. Ekonomi sulit, sampai jualan nasi goreng, eh ada transferan 9M untuk dikudeta oleh istana. Pantas surat kepada Pak Jokowi tidak dibalas, karena pilihan lock down tidak tepat bagi bangsa ini.
Cek saja semua kalimat di dua alinea di atas itu ada semua, dan cukup viral pada masanya masing-masing. Dugaan aliran dana ke yayasan yang berafiliasi pada keluarga Yudhoyono, bukan semata Demokrat sebenarnya memberikan kepada publik beberapa hal.
Satu, mengapa begitu getol mau menjadi presiden lagi. Kekuasaan seolah satu-satunya kepuasan. Suka atau tidak, rela atau tidak, tampaknya pundi-pundi ini yang menjadi sasaran. 9 M ini dari satu kabupaten yang tidak kaya-kaya amat. Bagaimana dengan kawasan gemuk, minyak atau emas? Berapa nilainya. Menemukan pula titik temu mengapa banyak proyek mangkrak dan macet di tengah jalan pada era itu.
Dua, pantes tidak respek pada model pemerintahan terbuka. Lihat getolnya menghajar Ahok apalagi Jokowi. Mengapa? Akan memperlihatkan sisi-sisi gelap yang selama ini dinikmati dengan suka ria. Tampilan dua wajah yang memang sangat biasa Pak Beye lakukan. Lihat saja dalam sikap politiknya yang selalu berdalih penyeimbang, namun aslinya bimbang.
Tiga, konflik internal Demokrat makin parah. AHY makin terlihat lemah, indikasi ini terlihat dengan pernyataan SBY yang mengulangi apa yang AHY katakan. Miris sebenarnya bukan membantu tetapi malah makin menjerumuskan AHY di depan publik.
Empat, permainan uang, memberikan bagian APBD pada kelompok tertentu itu hal yang sangat lumrah di mana perpolitikan bangsa ini memang masih dalam taraf coba-coba seperti ini. Tetapi menjadi memilukan itu karena sikap dan perilaku SBY yang riuh rendah, ternyata sama saja. Belum satunya kata dan perbuatan.
Lima, kini makin menusuk kepada jantung keberadaan Demokrat dan Yudhoyono secara langsung. Susah mengedit dan mengubah APBD demi menyasar Yudhoyono, jauh lebih realistis ini adalah memang gaya mengumpulkan uang ada mereka. Rekam jejak soal keuangan memang mereka kacau. Bagaimana hampir semua petinggi Demokrat masuk bui dengan kasus yang identik.
Jargon katakan tidak itu tidak pernah dilupakan publik, bagaimana satu demi satu masuk bui dan menghuni penjara cukup lama. Ini makin membuktikan bahwa jauh lebih bisa dipercaya APBD itu benar, bukan rekayasa atau editan hanya sekadar mendiskreditkan SBY dan Demokrat.
Enam, keberanian orang menohok SBY ini bukan karena sikap tidak hormat, namun jawaban atas sikap SBY selama ini yang selalu datang dengan menyalahkan pemerintah, membangun narasi bangsa ini sedang tidak baik, lebih baik pada zamannya, dan sejenisnya. Balasan setimpal, semua kedok kebongkar satu demi satu.
Tujuh, bukti bahwa Demokrat dan elitnya lupa, bahwa ini era modern, sangat terbuka. Di mana data, fakta, dan bukti itu sangat mudah diakses dan ditemukan. Pola pikir jadul yang diterakan pada semua khalayak, ini blunder bagi Demokrat sendiri.
Delapan, pengkhianatan atas nama Demokrat sendiri. Semua membutuhkan beaya, tetapi bukan begitu juga caranya. Bagaimana uang yang seharusnya untuk pembangunan, menyejahterakan rakyat malah kesasar demikian.
Sembilan, apa sih sumbangsih yayasan yang didirikan itu? Kiprah mereka hampir tidak terdengar, kecuali aksi AHY sendiri. Lha kalau itu mengapa harus mengambil jatah milik masyarakat Pacitan?
Menunggu klarifikasi SBY yang pastinya tidak akan jauh-jauh dari ini fitnah yang mau menjatuhkan keluarga saya, ini tidak benar, saya bisa jelaskan, tetapi tidak baik bagi masyarakat. come on Pak Beye, Tuhan tidak suka.
Makin sulit melihat keadaan ini, dengan kepemimpinan AHY dengan bayang-bayang gede SBY, terlihat pengulangan pernyataan yang pernah AHY lakukan. Dua hal lobang menganga lebar yang sangat berat diatasi.
Pertama kepemimpinan AHY yang dibayang-bayangi dengan ketat SBY. Sama juga dengan orang berlari dengan tujuan yang didiktekan, lha konsentrasi buyar, karena kacau dengan visinya sendiri. Pak Beye biarlah ketuanya bekerja, Pak Beye mandita dan menjadi penasihat bangsa, bukan hanya partai. Jauh lebih bermartabat dan terhormat, tinta emas mencatat, bukan malah caci maki yang terlontar.
Baperan, menuding istana mau mengudeta, ternyata memang keadaan internal gawat. Konsolidasi bukan malah konfrontasi. Ini kesalahan mendasar pemimpin
Keuangan. Babak belur katakan tidak pada korupsi itu belum sirna. Eh malah kini kembali dengan dugaan aliran APBN. Miris jika benar demikian. Semoga tidak.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI