Gibran itu bukan siapa-siapa. Apanya yang dijadikan rujukan untuk menjadi calon gubernur. Masih terlalu jauh. Belum terbukti secara nyata dalam kinerjanya. Mungkin di dalam usaha, ia telah terbukti mampu. Tidak serta merta demikian.
Memerintah, menghadapi birokrasi, berhadapan dengan dewan, masalah sosial, itu sangat pelik. Usai muda sangat mungkin kedodoran. Ekspektasi tinggi boleh, tetapi menilai dengan rendah juga boleh. Berelihan gagasan Gibran  calon Gubernur DKI. Pembuktian kinerja  Solo satu periode, sambil mematangkan pengalaman dan pengetahuan bertata negara.
Salah satu bukti, bahwa terlalu jauh Jokowi mengatur Gibran adalah pencalonan di Solo. Jika sudah direncanakan, tidak akan ada drama besar pencalonan, karena DPC sudah tutup pintu. Intervesi DPP-lah Gibran bisa melaju. Cukup naif setinggan kog telat.
Pelibatan Gibran ini juga sudah dua kali dalam waktu yang relatif singkat. Dikaitkan dengan korupsi bansos oleh Mensos Juliari. Apakah lepas dari Demokrat atau tidak? Toh ada benang merah yang sangat susah ditolak. Serangan itu sudah cukup masif dan terencana.
Demokrat itu bisa benar-benar kehabisan energi jika pola pendekatannya masih seperti ini. Sama juga menghantam karang yang kokoh dengan gayung. Kehabisan daya dan energi sendiri dari pada harapan untuk merontokan saja si batu.
Perlu kreatifitas di dalam membangun brand. Susah berharap mendapatkan durian runtuh dengan menghajar tiada henti pada pribadi Jokowi. Oposan itu menyasar program pemerintah, cara pemerintah mengatur negara, dan kebijakan-kebijakan yang masih perlu dibenahi.
Konsentrasi Demokrat malah hanya kepada Jokowi saja. Lha kapan mereka bisa meyakinkan publik kalau bisa bekerja dengan lebih baik. Konsolidasi dulu ke dalam, baru berbicara soal negara yang lebih besar. Masalah kepemimpinan dan kepercayaan elit dan kader pada AHY, jangan kemudian menyalahkan Jokowi dan Gibran.
Pilpres, pun pilkada masih terlalu jauh jika Demokrat sudah memainkan narasi untuk menyingkirkan rival. Negara terlalu besar dikorbankan bagi ambisi yang nggege mangsa, tergesa-gesa, mengap tidak berpikir 28, 32 di mana masih cukup segar dan kuat juga kog AHY.
Jika berani memperbaiki diri, bukan tidak mungkin keadaan menjadi kebih baik. Masih ada cukup waktu untuk bebenah dan berubah. Tinggalkan politik cemar asal tenar dan cengeng.
Terima kasih dan salam