Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Layak Jadi Presiden, Ini Memang Serangan Politik

10 Februari 2021   13:58 Diperbarui: 10 Februari 2021   14:41 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan Kompasianer Boris aka Bang Bo aka B mengutarakan ketidakadaan kaitan nama Pak Ganjar dengan Ganjar Pranowo sebagai politisi dan soal dalam pembicaraan yang lagi ramai. Apalagi ketika dikaitkan dengan menjadi presiden. Tulisan ini berangkat dari sana.  Melepaskan kaitan nama Ganjar dari soal tetapi mejadikannya alasan tidak layak jadi presiden. Dua hal yang ambigu.

Berangkat dari pengalaman yang bisa saja salah, ada fakta Ganjar layak dan sangat layak jadi presiden.

Pertama, pengalaman keponakan sendiri, anak dari kakak sepupu yang berteriak denga mencolek Pak Ganjar via media sosial. Padahal jelas keponakan ini bukan anak partai politik yang punya daya untuk didengar, jika bukan Gubernur Jawa Tengah. Respon langsung meminta kontak pribadi yang bisa dihubungi, dan tidak lama kemudian benar jajaran di bawah tergopoh-gopoh melakukan pembelaan diri dan jelas ngamuk. Asli, awal pandemi mengenai bansos.

Rekan Kner lain juga mengatakan, jika respon media sosial Ganjar sangat cepat, bukan buatan, ia pernah memang sengaja mencermatinya. Kisahnya mengenai laporan jalan bolong sore atau malam, dan paginya si pelapor mengatakan jalan sudah ditambal. Tidak perlu berjam-jam sudah selesai.

Kedua, menyaksikan tayangan media sosial youtube, ketika Gubernur Ganjar menjadi pembicara untuk seminar antikorupsi di sebuah universitas. Ada dua hal yang layak dijadikan referensi kepemimpinan nasional yang menjadikannya cocok jadi presiden.

Satu, ia berkisah ketika awal menjabat ada anak buahnya memberikan amplop sebagai dana biasa. Langsung ia menjawab minta maaf atau diterima dan ke KPK. Hal yang sudah sangat biasa terjadi dalam berbirokrasi adanya setoran kepada atasan. Klaim atau nyata itu bisa ditelaah dan dibuktikan pada keberadaan dan kinerjanya.

Dua, permintaan stafnya mobil dinas berkelas mewah. Ia  tolak dan menggunakan mobil lama. Hal yang jarang di era sekarang model demikian.  Ini contoh baik efisiensi yang  lumayan penting/

Hal ini berkaitan langsung dengan soal dan Ganjar. Sebenarnya enggan kemarin membaca pembicaraan ini, karena sudah tahu Ganjar tidak akan ambil peduli karena hanya soal sepele seperti itu. Karena mau menulis ini, akhirnya cari-cari dan menemukan cukup banyak hal.

Ganjar mengatakan ia awalnya kaget dan biar nanti teman-teman, jelas ini tim politik untuk klarifikasi. Sikap ini model politikus, bukan model orang yang tidak peduli dengan citra politik mengapa?

Kaget, mau menarik simpati pada pihak yang memang suka rusuh dan politik gaduh, jangan sampai mereka kecewa dan pergi. Ini strategi politik,, yang tidak akan melepaskan potensi dukungan sekecil apapun. Lihat saja getolnya Ferdinand Hutahaean. Membuat ini bernuansa politis dan manjadi ramai. Ini juga potensi jangan sampai lepas. Nah kata kaget itu masih wajar. Jangan dilihat sepotong itu saja.

Selanjutnya, ia mengatakan bisa saja kan itu untuk memotivasi orang bernama Ganjar. Lihat, pola pendekatan ala politikus begini masih jarang. Biasanya akan mengerahkan  otot kuasa dengan pencemaran nama baik. PSI layak mengapresiasi sikap ini, jangan malah dibalik dengan menyoal ini dipaksakan dibawa ke politik. Toh bukan Ganjar yang membawa ke ranah politik.

Lihat media saja membuat judul , Menghajar Ganjar dengan Soal Ujian. Media, lho Ganjar sendiri mengatakan model demikian itu murahan, jika memang politis. Apalagi pihak pembuatnya sudah mengatakan itu jauh sebelum Ganjar menjadi gubernur, karena konon 2009.

Lha ada pihak lain yang malah menyoal Mendiknas dan Menag untuk dievaluasi. Lebih politis ini dari sekadar jawaban dan respon dari Ganjar sendiri. Melebar ke mana-mana.

Wong bisa kog menyebut nama lain, Ronald misalnya, atau Karel atau Peter, kan jelas tidak akan menimbulkan polemik. Nama Ganjar juga bukan nama pasaran, seperti Budi, Agus, Joko, atau Andi. Wajar tanpa tahu waktu orang langsung bereaksi ini politis, menyasar Ganjar adalah Ganjar Pranowo, ingat politik dan agama itu banyak pengidap mabuknya, sumbu pendek untuk gampang disulut.

Lepas ini politis atau tidak, bukan bagian utama kajian ini, tetapi anehnya bangsa ini adalah, ketika pejabat atau pemimpin itu bekerja malah dihabisi. Orang-orang yang tidak bekerja malah didiamkan saja, tanpa ada tindakan untuk menyadarkan mereka. Persoalan dan cara pandang serta bersikap yang ngaco seperti ini yang membuat kemajuan yang mau diraih kembali  porak poranda.

Politik kepiting dengan menjadikan yang kecil sebagai tunggangan dan yang sudah naik dijatuhkan sudah waktunya ditinggal. Apalagi, jika menggunakan media pembelajaran sebagai sarana politik praktis.

Warga yang sensitif, mudah terbakar memang harus diedukasi. Penyiapan generasi sensi dan sumbu pendek ini sengaja, ada yang merancang, dan ada yang memberikan keluasaan. Kesadaran bersama untuk menjadikan perubahan lebih baik.

Dikit-dikit ngamuk, penghinaan, pencemaran nama baik. Pada sisi yang lain, jangan lupa bahwa ada yang memang perilakunya muna, naif, dan menggunakan segala cara dan kemudian berbalik atas nama demokrasi. Jangan sesisi melihat keadaan yang kadang naif.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun