Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kritik, Pansos, Nyinyir, dan Kekuasaan

10 Februari 2021   08:02 Diperbarui: 10 Februari 2021   08:28 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa, ini soal kepentingan, mau apa dengan menyatakan itu. Bagian masa lalu, seperti HTI, FPI, selalu menyerang pemerintah, mengaitkan dengan agama, atau ulama, namun ada bagian yang disembunyikan. Maknanya sudah jelas, bahwa mereka ada kepentingan,  mereka mau menjual ideologi yang mereka yakini.

Arahnya ke mana, kalau salawi, ujung-ujungnya ganti Jokowi, mana itu kritik, lebih cenderung nynyir demi mendapatkan kursi. Ini bisa biar diajak Jokowi atau mendongkel Jokowi. Lihat saja jika dulu teriak kenceng kemudian diam ketika bersama, jelas muaranya.

Penegak hukum yang mencari muka. Jangan sensi dan jangan salah, ketika ada upaya-upaya berlebihan untuk menyatakan pendapat bisa kita duga memiliki kepentingan. Mohon dengan sangat, kematian Soni atau Maheer, keluarga sudah mengatakan tidak ada penganiayaan, mengapa Novel Baswedan malah menyatakan seolah sebaliknya.

Pelaku oknum penegak hukum lainnya, bisa juga demi mendapatkan simpati atasan kemudian memproses pelaku ujaran kebencian dengan tebang pilih dan berlebihan. Bisa dilihat dengan mata telanjang kog perilaku mana yang lebih pas atau sudah lebay.

Membalik pernyataan. Khas bocah, ketika diledek. Contoh, ketika dihina, balik menghina, lha apa bedanya jika demikian. Sudah saatnya membangun tabiat, budaya baru, bisa menjawab kritikan dengan elegan. Jatuh pada lobang yang sama dengan apa yang dilakukan pihak lain.

Media terutama media sosial dengan model viral, tenar bagi siapa saja telah menghasilkan pribado-pribadi pansos.  Karena yang dikejar adalah viral dan tenar, kadang abai dengan etika dan kepantasan. Hal yang terjadi dalam semua kehidupan, termasuk politik, dunia hiburan, dan kini juga AGB pun terkena sindrom itu.

Mendapatkan ketenaran dengan singkat, instan, dan menjanjikan, minimal finansial membuat orang abai akan efek buruk yang mungkin terjadi dan bisa mempengaruhi banyak pihak. Medianya tidak salah, namun bagaimana mengemas media yang baik itu menjadi penting.

Kritik itu tidak salah, jika memberikan hal yang baru. Lebih baik lagi jika mampu memberikan tawaran solusi lebih baik. Jika tanpa tawaran solusi, bisa memberikan pemikiran yang berbeda.

Tanpa melibatkan serangan pada pribadi apalagi asal-usul dan keluarga. Menghina fisik singkirkan jauh-jauh. Kritiklah buah pikir atau hasil kerjanya. Mengapa? Karena mungkin ada yang tidak bekerja tapi banyak mulut, ini yang dimaksud kritik buah pikirnya. Susah karena tidak ada hasil yang cukup layak dikritik.

Meminimalisir kepentingan dan keuntungan sendiri. Naif jika bicara tanpa kepentingan, namun sebisa mungkin lebih banyak manfaatnya bagi hidup bersama dari pada demi keuntungan sendiri. Apalagi yang menyasar demi mendapatkan jabatan.

Saatnya untuk unjuk prestasi buah pikir dan bukan hanya hasil bibir semata. Eranya bekerja bukan hanya berwacana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun