Dua tahun tanpa panggung, jelas membutuhkan dana yang luar biasa besar untuk mengontrol dan malah kadang juga mengatrol nama untuk tetap eksis. Ingat, massa bangsa ini mudah banget melambungkan nama tetapi juga mudah banget lupa. Bisa celaka dua tahun tanpa adanya panggung yang cukup relevan untuk bisa berbuat banyak.
Simalakama Anies. Kelemahan paling fatal yang tidak pernah bisa menjadi kekuatan. Ia bukan orang partai politik. Tanpa akan merasa bersalah parpol akan mencari figur lain, termasuk Nasdem. Jangan kaget, pola pendekatan parpol bangsa ini masih berpusat pokok menang, modal kecil, hasil gede. Ala-ala makelar, bukan model negarawan sejati.
Salah satu andalannya selama ini adalah pokoknya dibicarakan, entah positif atau negatif, pokok ada panggung. Terbaru, penghargaan pahlawan transportasi. Entah dari mana, apakah itu relevan. Layak atau tidak, terbukti atau tidak, bukan menjadi pertimbangan bagi Anies. Sama juga dengan pernyataannya puku dua dini hari Jakarta tidak macet.
Apakah ini layak dinyatakan oleh Gubernur Jakarta, akademisi pula? Itu tidak penting. Kebenaran substantif itu bukan menjadi pertimbangan bagi Anies dan tim di sekelilingnya. Yang penting menjadi bahan pembicaraan. Selalu dijadikan meme dan perhatian publik.
Sama juga dengan model perlawanan kepada Jokowi dan pemerintah pusat. Bagaimana ia akan dapat berlaku demikian jika di luar jabatannya. Apakah ia yang akan jadi pejabat sementara? Ah susahlah. Dengan rekam jejaknya selama ini, tidak akan mungkin demikian.
Balik badannya Nasdem membuat Anies habis harapan. Hanya tergantung pada relasi, jaringan, dan pihak yang masih memiliki dana tidak terbatas untuk membeayainya menjadi artis politik. Ada dua atau tiga kekuatan dengan finalsial tidak berseri, Cendana. Ini sangat mungkin, mereka tidak memiliki calon yang berkompeten dan juga layak jual. Soal dana mereka jelas tidak akan kesulitan. Sangat mungkin merapat untuk saling menguntungkan.
Cikeas. Mereka sempat memiliki relasi yang erat. Namun  mereka juga punya calon yang digadang-gadang sama gedenya untuk capres. Bisa saja sih, hanya saja keuangan mereka tidak sekuat Cendana, dan akan cenderung membesarkan AHY. Ini perlu modal yang gede juga. Lebih susah juga melihat jangan sampai ada matahari kembar ala Anas Urbaningrum lalu.
Mereka sudah cukup berpengalaman dengan adanya "pesaing" kuat untuk putra mahkota sendiri. Kemunginan minim. Dana juga cenderung tidak mau untuk membeayai pihak lain.
JK. Ini sangat mungkin, mereka bersama maju dalam pilpres. Tinggal mencari, bisa juga mengkudeta partai. Dana cukup, kerja sama sudah ada. Kehilangan FPI memang menyusahkan, tetapi bukan tidak mungkin. Jauh lebih realistis dengan reputasi mereka berdua. Sudah cukup tenar, tinggal poles sedikit mereka masih bisa menjadi kuda hitam.
Terima kasih dan salam