Jika benar Moeldoko menjadi salah satu punggawa, itu bukan juga tanggung jawab Presiden Jokowi. Apa kaitannya presiden dengan aktivitas politik salah satu pembantunya. Cukup Moeldoko yang menjawab.
Toh malah semakin memperlihatkan kepemimpinan AHY yang belepotan. Mengapa Presiden Jokowi yang harus tanggung jawab. Pernyataan keras Marzuki Ali yang akan mempermalukan AHY jika menyenggolnya menjadi sebuah indikasi masalah cukup besar.
Keluhan dari soal iuran dan bantuan dana kampanye pilkada menambah daftar persoalan itu ada pada internal, bukan soal istana atau Jokowi. Mahfud MD yang terseret juga menyoal itu. Mana bisa  KLB ketika ada AHY, SBY, dan EBY memegang pos strategis dalam kabinet Demokrat. Loyalisnya juga semua ada di sana, Andi Malarangeng dan Andi Areif tentu akan jadi tameng besar. Logikanya bagaimana bisa Menkopolhukam merestui Moeldoko mengkudeta.
Pilihan diam dan menolak menjawab oleh Presiden Jokowi sangat tepat dan bagus. Sama juga dengan teriakan keras saat  Rizieq show of force, mengancam, menantang, dan kemudian merengek, ujungnya masuk bui sendiri. Kali ini juga sama.
Mau tenang atau diam itu pilihan. Berpolitik riuh rendah itu kadang juga asyik, tetapi diam, tenang, itu bisa menghanyutkan. Yang penting itu piawai untuk membawakannya, jadi kekuatan bukan malah melemahkan apa yang mau dicapai. Tapi asyik permainan kedua presiden ini.
Terima Kasih dan Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H