Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

"Perkosaan" oleh Pasangan dan Kekerasan pada Laki-laki Itu Mungkin

5 Februari 2021   10:41 Diperbarui: 5 Februari 2021   11:30 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perkosaan" oleh Pasangan dan Kekerasan pada Laki-laki

Semalam melihat tayangan status media sosial rekan Kner yang membahas, bahwa hubungan seksual itu tidak boleh ada paksaan. Komentar jadi riuh rendah, bahwa hal ini masuk dalam RUU PKS salah satu pihak yang merasa tidak suka dan ada paksaan, termasuk dalam perkosaan. Ingat perkosa sendiri artinya adalah pemaksaan. Mendapatkan penyempitan makna menjadi pemaksaan pada hubungan seksual.

Malah kadang makin rancu saat ini, perkosaan malah digantikan dengan pelecehan. Padahal beda jauh dan lebih memperhalus yang malah tidak berpihak pada korban. Perilaku biadab yang makin menjadi karena sikap permisif seperti ini.

Rekan lain berkomentar, kadang pasangan, konteks laki-laki, mengatakan, paling menyakitkan itu, perempuan kan tinggal telentang, apa susahnya. Lha kan pasangan, yang dicintai, katanya kekasih, kog tega seperti itu. Malah jadi ingat pantat truk, kalau percintaan hanya pura-pura pelacurpun bisa.

Masalah Komunikasi

Rekan lain berkomentar, paksaan itu menyedihkan, biasanya laki-laki pada perempuan. Berdilih itu adalah hak dan perempuan wajib melayani, tanpa mau tahu keadaan. Kadang memang komunikasi yang tidak jalan. Pengandaian, asumsi, dan pokoknya pengin harus.

Padahal sangat mungkin karena maunya adalah kemesraan, ada ungkapan cinta, merayu, dan sebagainya. Laki-laki biasanya enggan, ketika sudah menikah. Lupa peran menjadi kekasih, hanya  ingat jadi ayah dan suami. Komunikasi itu perlu dipupuk.

Mendasar. Pola pendekatan laki-laki dan perempuan itu berbeda. Itu yang kadang tidak dipahami, bahkan oleh pasangan yang sudah sangat manula sekalipun. Mengandalkan asumsi dan paradigma pribadi. Padahal tidak sama. Kursus persiapan perkawainan menjadi penting. Jangan seperti M. Nuh yang mengatakan pendidikan seksual tidak penting, itu instingtif. Iya hubungan seksual itu instingtif, primitif, tapi pengetahuan seksual lebih luas, bukan instingtif.

Bayangkan, sekelas menteri pendidikan, guru besar saja pemikirannya seperti itu.  Artinya, masih  hal yang masih dianggap tabu, bahkan saru. Jangan kaget, ketika angka perceraian dan angka aborsi, hamil di luar nikah tinggi.

Kedegilan alias Dongok

Sering terdengar isti sakit parah, hanya gara-gara masa nifas belum selesai namun suami yang dari luar kota atau pulau tidak tahan lagi, dan akhirnya trjadi hubungan yang sangat terlarang, dan ujungnya sakit. Ada luka, itu kadang pria tidak tahu dan juga tidak mau tahu.  

Adanya pernyataan kalau suami itu berhak dan istri wajib yang dipahami dengan sepihak, karena instintif, lupa pada rasio. Otak tidak bekerja, bahwa ada manusia lain yang sedang sakit. Terjadilah keadaan yang di luar pikiran, karena instingtif tersebut.

Ini degil, bodoh itu tidak tahu, kalau degil sudah diberitahu tetapi tidak mau tahu.  Jangan dipikir ini era modern sudah tidak ada, cek saja via internet, kisah demikian akan dengan mudah diperoleh.

Kekerasan pada Laki-laki

Artikel ini sudah hampir tiga tahun kalau tidak salah. Dulu, membuat karena adanya pembunuhan calon pengantin. Si pria membunuh perempuan calon mempelainya, padahal usai photo untuk undangan. Mengapa demikian? Selengkapnya

Potensi laki-laki mendapatkan kekerasan itu gede,  bisa juga fisik, jangan dikira. Lebih banyak sih memang kekerasan psikis, makian, dan cemoohan. Makian, laki-laki tidak berguna, ketika tidak memenuhi ekspektasi itu sangat mungkin. Bisa saja pas pacaran, sebelum menikah itu hal yang tidak akan terjadi, usai menikah, ada anak, beban tinggi, umpatan itu meluncur begitu saja.

ISTI, ada canddaan itu yang meluncur begitu saja bagi kaum laki-laki, apakah benar demikian, sambil lalu, ada yang iya, ada yang dipendam, dan bisa menjadi bisul dan bencana besar. Hal yang sangat mungkin terjadi karena adanya didikan dan tuntutan lingkungan laki-laki adalah pemimpin, penangung jawab, dan kepala keluarga.

Ketika ada yang tidak bisa dipenuhi, misalnya sedang PHK, atau pendapatan istri lebih gede, ini masalah besar, jika tidak ada komunikasi dan memahami hidup berkeluarga itu tidak bicara egoisme sendiri. Kotbah atau janji pernikahan, untung dan malang, sakit dan sehat itu bukan hanya saat di depan penghulu atau pemuka agama pas pernikahan, namun benar-benar dalam hidup harian.

Rekan SD saya ada yang mengembalikan suaminya kepada keluarganya karena si suami stroke. Ini termasuk juga kekerasan pada laki-laki lho dan itu faktual.

Memahami dan menerjemahkan perintah agama itu juga perlu sikap kritis, bijak, dan bukan malah ipakai untuk keuntungan pribadi dan sesaat. Konteks laki-laki wajib itu kan juga ada kondisi istri baik-baik saja, normal, dan bukan sedang ada kondisi luar biasa. Sakit, capek, dan usai melahirkan kan kondisi khusus.

Kekerasan baik pada laki-laki atau perempuan itu kadang komunikasi, namun ada pula yang memang dasar dan karakternya sudah buruk. Hal yang sebenarnya sudah diketahui sejak awal sebelum adanya pernikahan. Kadang karena takut kata  orang atau karena sudah kelewatan dalam pacaran akhirnya suka atau tidak melaju dalam pernikahan.

Mundur sebelum menikah jauh lebih baik dari pada ribet di dalam perkawinan. Hanya soal pilihan dan keberanian. Lha kata orang juga hanya berapa hari, tidak usah didengarkan, dari pada makan hati seuur hidup. Jangan dikira cinta adalah obat segalanya.

Terima kasih dan salam

Susy  Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun