Adanya pernyataan kalau suami itu berhak dan istri wajib yang dipahami dengan sepihak, karena instintif, lupa pada rasio. Otak tidak bekerja, bahwa ada manusia lain yang sedang sakit. Terjadilah keadaan yang di luar pikiran, karena instingtif tersebut.
Ini degil, bodoh itu tidak tahu, kalau degil sudah diberitahu tetapi tidak mau tahu. Â Jangan dipikir ini era modern sudah tidak ada, cek saja via internet, kisah demikian akan dengan mudah diperoleh.
Kekerasan pada Laki-laki
Artikel ini sudah hampir tiga tahun kalau tidak salah. Dulu, membuat karena adanya pembunuhan calon pengantin. Si pria membunuh perempuan calon mempelainya, padahal usai photo untuk undangan. Mengapa demikian? Selengkapnya
Potensi laki-laki mendapatkan kekerasan itu gede, Â bisa juga fisik, jangan dikira. Lebih banyak sih memang kekerasan psikis, makian, dan cemoohan. Makian, laki-laki tidak berguna, ketika tidak memenuhi ekspektasi itu sangat mungkin. Bisa saja pas pacaran, sebelum menikah itu hal yang tidak akan terjadi, usai menikah, ada anak, beban tinggi, umpatan itu meluncur begitu saja.
ISTI, ada canddaan itu yang meluncur begitu saja bagi kaum laki-laki, apakah benar demikian, sambil lalu, ada yang iya, ada yang dipendam, dan bisa menjadi bisul dan bencana besar. Hal yang sangat mungkin terjadi karena adanya didikan dan tuntutan lingkungan laki-laki adalah pemimpin, penangung jawab, dan kepala keluarga.
Ketika ada yang tidak bisa dipenuhi, misalnya sedang PHK, atau pendapatan istri lebih gede, ini masalah besar, jika tidak ada komunikasi dan memahami hidup berkeluarga itu tidak bicara egoisme sendiri. Kotbah atau janji pernikahan, untung dan malang, sakit dan sehat itu bukan hanya saat di depan penghulu atau pemuka agama pas pernikahan, namun benar-benar dalam hidup harian.
Rekan SD saya ada yang mengembalikan suaminya kepada keluarganya karena si suami stroke. Ini termasuk juga kekerasan pada laki-laki lho dan itu faktual.
Memahami dan menerjemahkan perintah agama itu juga perlu sikap kritis, bijak, dan bukan malah ipakai untuk keuntungan pribadi dan sesaat. Konteks laki-laki wajib itu kan juga ada kondisi istri baik-baik saja, normal, dan bukan sedang ada kondisi luar biasa. Sakit, capek, dan usai melahirkan kan kondisi khusus.
Kekerasan baik pada laki-laki atau perempuan itu kadang komunikasi, namun ada pula yang memang dasar dan karakternya sudah buruk. Hal yang sebenarnya sudah diketahui sejak awal sebelum adanya pernikahan. Kadang karena takut kata  orang atau karena sudah kelewatan dalam pacaran akhirnya suka atau tidak melaju dalam pernikahan.
Mundur sebelum menikah jauh lebih baik dari pada ribet di dalam perkawinan. Hanya soal pilihan dan keberanian. Lha kata orang juga hanya berapa hari, tidak usah didengarkan, dari pada makan hati seuur hidup. Jangan dikira cinta adalah obat segalanya.