Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Aman, Semua Sayang Anies

29 Januari 2021   19:54 Diperbarui: 29 Januari 2021   20:07 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Aman, Semua Sayang Anies

Menanggapi permintaan Anies kepada pemerintah pusat  untuk menangani pandemi ketua DPC Gerindra Jakarta Timur, menyatakan desakan mundur bagi Gubernur Jakarta itu. Respon DPP melalui elit mereka, telah menegur secara lisan. Itu pendapat pribadi dan bukan partai. Habiburohman juga mengerti keadaan ketua dewan cabangnya di mana mereka hidup di dalam lingkungan yang banyak penularan coivd.

Pada sisi lain, Habiburohman juga paham keadaan Anies, karena seperempat kapasitas rumah sakit di Jakarta itu menampung pasien dari daerah penyanggang ibukota. Semua dimengerti, pilihan ala politikus yang sangat normatif. Tidak ada yang aneh dan luar biasa juga. Masih abu-abu, semua dimengerti dan semua dipahami. Tidak ada yang aneh apalagi luar biasa.

Anies Tetap Aman

Ini hanya sekelas DPC, DPP juga responsnya biasa. Hanya soal tanpa komunikasi dan koordinasi. Teguran pun lisan saja. Apalagi yang menyampaikan bukan Prabowo atau sekjed, artinya masih dianggap hal biasa.  DPD DKI saja diam, tidak merespons, keadaan sangat biasa. Kuasa DPC itu tidak cukup signifikan bagi sekelas gubernur.

DPD yang memiliki kepanjangan tangan di DPRD DKI pun diam. Ini artinya ya akan terus melaju sampai saatnya. Tidak pernah terdengar adanya ancaman interpelasi, atau pelaporan ke manapun. Wajar sebagai pengusung akan bersikap melindungi apapun yang  terjadi

Lha PDI-P sebagai "pesaing" atau "oposan" saja diam, tanpa aksi dan reaksi apapun melihat pola Anies. Hanya sesekali lah bersuara, hanya formalitas semata, ketika sudah ruh rendah, mereka ikutan, pun tidak serius. Lihat saja PSI yang getol mengamati anggaran, mereka tidak ditemani. Semua aman. Semua cinta Anies

Mengapa Demikian?

Ini politik, bukan semata apa yang tampak di atas permukaan. Posisi dan keberadaan Anies itu membawa gerbong. Gerindra mana berani dimusuhi gerbong cukup sigifikan yang dimiliki dan bersama Anies. Belum cukup bisa dimaknai dimiliki. Lebih tepat bersama Anies. Siapa itu?

Gerbong yang paling cepat membela ketika Anies mendapatkan serangan. Kelompok yang biasa mengafiliasikan diri dengan agama. Ini jangan dianggap sepele. Salah satu kekuatan kemenangan Anies suka atau tidak ada kelompok agamis ini.

PDI-P dan Jokowi sendiri tentu sangat merasakan dampak serangan yang dilakukan rival dengan menyematkan antiagama, kriminalisasi ulama. Fakta sangat mudah diketengahkan, namun bukan itu yang menjadi persoalan, karena akan dengan mudah dibelokan dan malah menjadi bumerang. Hal yang paling mudah ya mendiamkan.

Megawati sebagai kepala dari gerbong partai banteng telah mengalami itu. menggandeng ketua ormas terbesar pun tetap saja kesulitan, karena narasi yang dipakai lagi-lagi agama. Sedikit saja pemantik sentimen negatif mengenai agama, selesai.

Serangan kepada Jokowi juga tidak jauh-jauh, seputaran anak PKI, sama juga yang memainkan para pelau ultrakanan. Memusuhi agama, kriminalisasi ulama, dan sejenisnya. Berdengung terus lebih dari enam tahun. Bukti, fakta, dan data berjibun juga tidak mempan. Karena memang ada yang mendesain untuk itu.

Ini bukan soal Anies, tetapi jangan sampai menyematkan citra antiagamis, yang menjadi blunder. Lihat saja bagaimana panjang dan lamanya FPI bisa dibubarkan. Ini urusannya harus memangkas kaki-kaki gurita terlebih dahulu. Hal yang sama, siapa saja yang di belakang Anies dan apa potensi yang sekiranya menjadi masalah bagi parta politik yang berseberangan dengannya.

Toh dulu bisa diganti saat jadi menteri.

Kondisi yang sangat lain. posisi Anies saat itu belum memiliki gerbong  yang sangat memanfaatkannya. Apalagi ia masih sangat cair lari ke  mana-mana, Demokrat iya, PDI-P oke, dan orang melihatkan ia independen, merdeka, partisan yang masih belum sepenuhnya. Kebalikannya ia aman ketika mau melangkah, namun tanpa pembela ketika terdepak.

Kini berbeda. Usai menjadi calon gubernur DKI dan memenangkan pilkada, jauh berubah. Benar, mainkan seribu kaki untuk partai politik, namun tidak dengan identitas berpolitiknya. Ia makin ultrakanan, karena pernah menggunakan itu dan tidak berani berkhianat tentu saja. Militansi para famsnya makin kuat, dan ini bukan hanya Jakarta. Lihat saja media sosial pembela ketika Anies kena sentil.

Partai yang paling mungkin dan terbuka untuk tetap bersama jelas PKS. Mereka memang memiliki militansi kader paling jempolan. Banteng saja kalah, namun soal popularitas dan keterpilihan untuk menjadi pemimpin mereka sangat lemah. Nah Anies inilah satu-satunya peluang mereka. Calon-calon mereka selalu saja tertolak dalam paket kecil, apalagi pemilihan melibatkan publik.

Dukungan Adhie Massardi, yang menggunakan jargon Jokowi kalau mau bebas banjir Jakarta perlu jadi presiden, menambah amunisi Anies lebih pede, bahwa ia makin kuat. Hal yang lumrah, fakta menangani keadaan yang sederhana saja tidak bisa, toh publik masih sangat mudah dikecoh. Fakta bisa termentahkan dengan membanjiri info ngaco seperti ini.

Anies akan tetap aman sampai 22, fokus pada penanganai FPI jauh lebih mendesak. Jadi bagi yang kemarin sempat eforia atas pernyataan ketua DPC Gerindra itu, masih perlu banyak bersabar. Terlalu jauh. Semua masih sayang Anies.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun