Megawati sebagai kepala dari gerbong partai banteng telah mengalami itu. menggandeng ketua ormas terbesar pun tetap saja kesulitan, karena narasi yang dipakai lagi-lagi agama. Sedikit saja pemantik sentimen negatif mengenai agama, selesai.
Serangan kepada Jokowi juga tidak jauh-jauh, seputaran anak PKI, sama juga yang memainkan para pelau ultrakanan. Memusuhi agama, kriminalisasi ulama, dan sejenisnya. Berdengung terus lebih dari enam tahun. Bukti, fakta, dan data berjibun juga tidak mempan. Karena memang ada yang mendesain untuk itu.
Ini bukan soal Anies, tetapi jangan sampai menyematkan citra antiagamis, yang menjadi blunder. Lihat saja bagaimana panjang dan lamanya FPI bisa dibubarkan. Ini urusannya harus memangkas kaki-kaki gurita terlebih dahulu. Hal yang sama, siapa saja yang di belakang Anies dan apa potensi yang sekiranya menjadi masalah bagi parta politik yang berseberangan dengannya.
Kondisi yang sangat lain. posisi Anies saat itu belum memiliki gerbong  yang sangat memanfaatkannya. Apalagi ia masih sangat cair lari ke  mana-mana, Demokrat iya, PDI-P oke, dan orang melihatkan ia independen, merdeka, partisan yang masih belum sepenuhnya. Kebalikannya ia aman ketika mau melangkah, namun tanpa pembela ketika terdepak.
Kini berbeda. Usai menjadi calon gubernur DKI dan memenangkan pilkada, jauh berubah. Benar, mainkan seribu kaki untuk partai politik, namun tidak dengan identitas berpolitiknya. Ia makin ultrakanan, karena pernah menggunakan itu dan tidak berani berkhianat tentu saja. Militansi para famsnya makin kuat, dan ini bukan hanya Jakarta. Lihat saja media sosial pembela ketika Anies kena sentil.
Partai yang paling mungkin dan terbuka untuk tetap bersama jelas PKS. Mereka memang memiliki militansi kader paling jempolan. Banteng saja kalah, namun soal popularitas dan keterpilihan untuk menjadi pemimpin mereka sangat lemah. Nah Anies inilah satu-satunya peluang mereka. Calon-calon mereka selalu saja tertolak dalam paket kecil, apalagi pemilihan melibatkan publik.
Dukungan Adhie Massardi, yang menggunakan jargon Jokowi kalau mau bebas banjir Jakarta perlu jadi presiden, menambah amunisi Anies lebih pede, bahwa ia makin kuat. Hal yang lumrah, fakta menangani keadaan yang sederhana saja tidak bisa, toh publik masih sangat mudah dikecoh. Fakta bisa termentahkan dengan membanjiri info ngaco seperti ini.
Anies akan tetap aman sampai 22, fokus pada penanganai FPI jauh lebih mendesak. Jadi bagi yang kemarin sempat eforia atas pernyataan ketua DPC Gerindra itu, masih perlu banyak bersabar. Terlalu jauh. Semua masih sayang Anies.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H