Duta-duta Ngaco, Raffi ahmad Paling Beda
Beberapa hari lalu, usai vaksinasi perdana covid, pembicaraan malah bergeser kepada perilaku Raffi ahmad yang kedapatan berpesta dan berphoto tanpa masker. Langsung saja caci maki bertebaran, maklum kondisi selalu dikotomis ada dalam bermasyarakat di negeri ini. Riuh rendah pada yang artifisial, pada yang esensial abai,
Raffi ahmad dengan reputasinya, pengikut di media sosial termasuk sangat banyak, wajar dijadikan ikon, model, dan salah satu duta untuk mendapatkan vaksin perdana bersama dengan presiden. Harapannya adalah dengan figur publik yang diikuti banyak orang sudah tervaksin, banyak pengikutnya yang akan dengan mudah ikut serta dan narasi buruk vaksin bisa terminimalisir.
Duta-duta yang sudah-sudah itu biasanya ngaco dulu kemudian dijadikan duta. Kebalikan kali ini, duta dulu baru ngaco. Benar bahwa Raffi Ahmad sudah meminta maaf, namun bahwa itu membawa gelombang kehebohan baru, apalagi di tengah pro dan kontra, dikipasi oleh politikus sakit hati, makin menjadi.
Hal yang sepele, sederhana, dan tidak mendasar sebenanya, masih banyak hal yang bisa diperbincangkan lebih lanjut mengenai keberadaannya di dalam pesta itu, bagaimana dengan tamu, berapa yang hadir, ruang atau tempat pesta, dan banyak lagi. Tetapi toh, tabiat kita adalah penghakiman langsung, sepihak, dan berdasarkan asumsi semata. Itu kasus lain, pembahasan kali ini mengenai kebiasaan perilaku ngaco didutakan.
Beberapa kasus yang sudah terjadi,
Cukup lama, masih awal-awal bermedia Kompasiana, ada anak SMA membawa mobil dicegat polwan, karena merasa keponakan jenderal di Jakarta si anak ini menolak tindakan displin ibu polwan. Â Cukup ramai dan heboh sampai menasional pembicaraannya. Khas ala negeri 62 penyelesaiannya maaf, khilaf, dan seterusnya.
Eh tidak lama kemudian malah dijadikan duta tertib berlalu lintas. Entah  dari mananya menjadi duta tertib berlalu lintas, apakah bisa juga bang napi nantinya usai keluar dari lapas menjadi duta keamanan kampung?
Masih dengan konteks yang sama, Zazkia Gotik, seorang penyanyi, dalam sebuah acara bercanda mengenai Pancasila. Ia dinilai melecehkan Pancasila dengan membuatnya bahan candaan, tentu bukan soal konten itu yang menjadi pembahasan, namun bagaimana kemudian ia malah menjadi duta Pancasila. PKB kala itu yang menjadikannya duta. (kompasiana.com)
Lagi dan lagi, menjadikan duta karena pernah "berkasus" terlebih dahulu  secara negatif. Lha memangnya tidak lagi cukup pihak yang telah menjunjung tinggi Pancasila, menunjukkan kecintaannya pada NKRI dan Pancasila untuk menjadi duta bangsa? Sejatinya miris, tetapi seolah itu adalah gaya hidup para politikus bangsa ini.
Masih ada, kini menyangkut artis juga, Dewi Persik yang melanggar jalur transjakarta dan kemudian dijadikan duta tertib berlalu lintas. Aneh dan lucu, ketika ia dan rekannya malah marah-marah  ketika ditegur menggunakan jalur yang bukan peruntukannya.