Rakyat memang harus diajar untuk dewasa dan bijaksana. Pancasila, nasionalisme, bukan dibangun atas satu dua agama dan suku. Hal yang perlu dibenahi, kapan lagi, dan kebetulan ada pejabat yang memang kompeten, mengapa tidak.
Ini sih sudah kehendak Semesta, ada jenderal bintang tiga, karir bagus, masih sangat muda, dan memang menjanjikan. Susah membayangkan jika ini terjadi dua atau tiga tahun lalu. Apa jadinya. FPI dan Rizieq sudah limbung, saatnya menempatkan profesional apapun latar belakangnya menjadi pejabat di sana.
Ingat, jangan sampai nanti tanpa membaca malah komentar saya rasis dan mendukung karena seagama. Ini bicara soal kapasitas dan kesempatan yang seharusnya sama. Bukan hanya beberapa pihak karena kesamaan ideologi, agama, dan kesukuan kemudian dipilih. Kasihan yang lain.
Waktunya bangsa ini berdiri di atas fundamental nasionalisme, karena dibangun di atas beragam apapun itu. Mau agamanya apa sepanjang diakui negara memangnya salah ketika menjadi apapun itu. Malah sudah selayaknya kalau mengaku demokrasi apapun agama bisa dipeluk warga Indonesia, termasuk tidak beragama. Toh nyatanya beragama masih saja fitnah, caci maki, hoax seolah gaya hidup. Padahal itu bukan lagi mencerminkan ciri agama dan orang beragama.
Fanatik itu boleh asal ke dalam. Ribet kalau keluar apalagi sampai memaksakan kehendak pada pihak lain untuk ikut. Apakah ini utopis? Tidak juga. Lha sebelum reformasi, sebelum 90-an agama itu biasa saja. Becanda agama juga tidak senggol bacok. Mau jadi apa bukan soal agamamu, tetapi kompetensimu  kog.
Bangsa Indonesia itu bangsa majemuk, aneh ketika malah mau menjadi homogen.  Makin baik menempatkan segala sesuatunya pada ranah masing-masing. Harapan  baik untuk bangsa ini.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H