Meditasi, Alternatif Liburan yang Pasti Aman dan Nyaman dari Kekhawatiran Pandemi
Akhir tahun ini memang sedang dalam keadaan prihatin. Hal yang sama oleh warga Wuhan tahun lalu. Bangsa ini sedang merasakan dan mengalaminya. Konteks, budaya, sistem pemerintahan yang  jauh berbeda membuat keadaan dan penyelesaian relatif lain dan hasilnya pun demikian. Wuhan dan China secara umum sudah mulai menapak pulih. Di sini masih tertatih-tatih karena adanya perebutan panggung politik, dan sangat mungkin ideologi tertentu juga bermain.
Aktivitas masyarakat sudah seperti sedia kala, lalu lalang sangat normal. Jalanan tidak lagi lengang, bahkan sudah seperti semula. Di beberapa tempat, masker sudah mulai longgar, tidak lagi mengenakan. Jaga jarak juga relatif sama saja. Padahal pengidap copid semakin mendekat. Itu fakta yang membuat orang-orang yang sadar dan tahu bahaya covid menjadi berpikir berulang  kali untuk liburan.
Konsep liburan itu biasanya untuk fisik, materi, dan hal badaniah. Mau luar kota, luar pulau, atau luar negeri, semua menggunakan materi dan benda yang tidak sedikit. Pun itu sangat terbatas dan perlu banyak waktu, tenaga, dan terutama beaya. Apalagi, bagi keluarga relatif besar, berapa ongkos yang harus dipersiapkan dan berapa lama untuk bisa terkumpul.
Pandemi membuat keadaan itu makin sulit, rumit, dan tentu saja jauh lebih mahal.  Repot, ribet, dan bisa ribut, jika ada kendala  salah paham mengenai hasil test misalnya. Hal yang tidak terduga untuk bersenang-senang malah menjadi gundah gulana, kan repot.
Tawaran sebuah alternatif yang cukup menarik, adalah meditasi. Petualangan jiwa yang sangat menyenangkan, jika mau sedikit saja meluangkan waktu untuk mengulik mengenai meditasi, google akan memberikan ribuan panduan, mau yang masih pemula hingga kelas master. Mencari yang berbasis agama, atau yang spiritualitas universal, semua ada.
Mengapa meditasi?
Konon orang berwisata itu mencari hiburan, ketenangan jiwa dan batin, memanjakan mata dan sisi spiritualitas. Nah ketika memanjakan sisi spiritualitas itu bisa dilakukan dengan murah meriah, mengapa tidak?
Pejualangan jiwa yang purna. Meditasi, apapun agamanya mengenal ini sebenarnya, Kekristenan mengenal yang namanya mistikus, Muslim mengenal sufisme, dan Hindu-Budha memang hariannya adalah meditasi. Adanya kesatuan dengan konsep Jawa mengenal manunggaling kawula lan Gusti. Keberadaan manusia yang menyatu dengan Sang Pencipta. Budha menamai dengan bodhi, ketercerahan aling tinggi, hakiki, dan mendalam.
Siapa yang bisa membantah dan menyangkal keadaan itu adalah mengalahkan piknik, liburan, dan petualangan yang maling mahal, indah, dan menawan sekalipun? Itu semua perlu waktu, beaya, dan tenaga pastinya.
Murah dan meriah, Kini banyak tawaran wisata virtual, piknik maya, kadang berbayar, dan meditasi bisa menggantikan itu, mau ke mana saja bisa dan dapat dengan mudah, leluasa, dan tidak bayar. Apakah ini bukan tipuan? Ada beberapa hal yang bisa dijadikan rujukan.
Jika kita kangen, merasa rindu berat pada orang-orang yang kita kasihi, padahal mereka sudah menjadi milik yang lain, atau sudah meninggal. Kita pasti datang kepada Tuhan dan berdoa bukan? Apa yang kita rasakan? Tenang, nyaman, dan menjadi ringan bukan? Apakah itu tipuan? Jelas bukan, namun jiwa kita yang "mengembara" dan mendapatkan ketenangan, karena bisa "bertemu" dengan yang dikangeni itu.
Contoh lain, kita sedang pepat dengan aneka persoalan, kita jalan-jalan kecil di tepi parit yang setiap hari kita lewati dan tidak ada apa-apa, namun suatu saat, kondisi tegang itu, tiba-tiba melihat cacing yang terhanyut air dan kita sadar, lebih berdaya, jauh lebih kuat dari si cacing. Ini adalah kesadaran.
Kesadaran itu yang membuat kita mendapatkan apapun yang kita inginkan, rindukan, dan harapkan. Salah satu liburan adalah mendapatkan suasana baru bukan? Nah ketika kita memiliki kesadaran, semua adalah baru. Tidak ada yang lama di dunia ini. Tadi adalah sejarah, nanti adalah harapan dan kemungkinan, dan saat ini dan di sini adalah hadiah.
Di sini dan saat ini, tanpa beban masa lalu atau masa depan. Semua dijalani dengan kesadaran di sini dan saat ini. Lepaskan masa lalu  sebagai pembelajaran dan tidak perlu terbebani dengan masa depan yang belum terjadi. Hidupi, jalani, dan lakukan dengan sepenuhnya kekinian.
Biasakan untuk berkesadaran. Semua spontan, dan itu kadang yang membuat meremehkan dan menyepelekan. Siapa yang sadar bahwa turun dari tempat tidur itu kaki kanan dulu atau kiri dulu. Apalagi mengedipkan mata, pun dengan bernafas. Nah meditasi adalah mengajarkan yang spontan itu dilakukan dengan sadar.
Menarik nafas dengan kesadaran, merasakan lebih dingin dari pada yang dihembuskan. Angin yang menerpa badan, kain yang melindungi tubuh dan merasakan gesekannya itu. Jika itu  semua bisa dilakukan dengan baik dan sadar,  akan sangat mungkin mengembara dan melakukan apa saja dengan leluasa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H