Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ridwan Kamil Vs Mahfud, Etika Politik, dan Komunikasi Massa

17 Desember 2020   15:45 Diperbarui: 17 Desember 2020   15:59 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ridwan Kamil, Etika Politik, dan Komunikasi Massa

Entah apa yang ada dalam benak Ridwan Kamil, sehingga bisa menohok Menkopolhukam Mahfud MD sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas kerumunan yang tercipta saat penjemputan Rizieq Shihab. Cukup menarik, karena Ridwan Kamil sudah sempat berucap mau silaturahmi dengan Rizieq yang ia bungkus dengan indah mengatakan sowan kepada siapapun adalah baik.

Usai menjadi polemik dan ada upaya hukum atas itu semua, Ridwan Kamil mundur alon-alon. Toh tetap saja terkena panggilan polisi. Menarik, ketika ia mencoba "menggigit" menteri, menteri koordinator pula. Layak dicermati beberapa hal sebagai berikut;

Demokrasi memang saatnya orang bebas mengemukakan pendapat, suara, atau apapun yang dirasakan sebagai buah pikirnya. Mau setuju atau tidak pada pendapat pihak lain itu sah-sah saja. Tetapi kan tidak harus abai dan lupa etika, adat budaya timur, dan yang pasti ranah birokrasi yang semestinya.

Kontestasi 2024 ternyata membuat keadaan sudah memanas sejak sekarang. Susah melepaskan rivalitas 24 dengan kondisi yang ada. Lihat saja Gubernur Banten sama sekali tidak terlibat dalam kisah Rizieq Shihab ini. Padahal kalau mau bisa saja dan sangat mungkin. Toh tidak. Cenderung politis untuk 24.

Media massa. Aneh dan lucu, bagaimana bisa Ridwan Kamil mengucapkan itu kepada pewarta. Usai diperiksa karena adanya masalah protap di daerahnya. Juga ia lupa pernyataan awalnya yang mengatakan saya bertanggung jawab atas kerumunan di Megamendung. Ketika awal polisi mengatakan akan turun karena ada kerumunan yang sangat mungkin itu adalah pelanggaran hukum.

Ada kontradiksi, dan itu masalah ketika berkaitan dengan 24. Kini ramai-ramai menunggah tulisan terima kasih RK sudah menyatakan diri dan kini selamat berpisah. Sangat wajar ternyata banyak yang kecewa dengan apa yang ia buat terakhir itu. Padahal  ketika mengaku bertanggung jawab soal Mega Mendung suara itu tidak ada.

Tujuan jelas mau mengurangi rival dengan menyepak Mahfud. Malah panggung diperoleh Mahfud dengan keberanian mengaku apa yang pernah ia nyatakan dan apa yang Ridwan Kamil tujukan. Jawaban yang memperlihatkan kepiawaian di dalam berdiplomasi dan berpolitik. Kelasnya berbeda.

Sangat mungkin Ridwan Kamil kini berperilaku sebagai politikusyang mau menyusun rencana 24, oleh penasihat politiknya, bisa konsultan, bisa parpol, untuk menyasar rival. Berbeda jauh dengan sikapnya ketika menyatakan bertanggung jawab dan meminta maaf kala itu.

Sejatinya ini bukan kisah pertama abai ranah etis politik. Bagaimana JK sudah memulai memantik dengan perseteruan dengan Rizal Ramli. Cukup panjang mereka berpolemik. Hal yang memperlihatkan bagaimana politikus ini masih kekanak-kanakan. Saling membuka aib dan itu ranah yang seharusnya adalah rahasia. Termasuk membawa-bawa nama Presiden Jokowi lagi. Sangat tidak elok.

JK juga menyatakan dukungan kepada Rizieq Shihab dengan menafikan nalar umum yang ada. Bagaimana bisa Rizieq dikatakan pemimpin yang baik dan bisa mengisi kekosongan kepemimpinan. Mana bukti dari itu? Malah perilaku sebaliknya yang ada.  Lucu saja kebenaran dan faktualisasi sekadar kaca mata dan klaim sepihak.

Pun pernyataan Rizieq sebagai pribadi taat hukum. Mana buktinya? Lari berkali-kali dan mencari kambing hitam kog taat hukum. Mosok sudah lupa dengan apa yang Rizieq lakukan selama ini. Ingat ini perilaku Rizieq bukan soal kebencian, bisa memilah dan membedakan ya.

Peryataan Anies Baswedan yang mengatakan angka penyebaran covid di Jakarta menjadi  tinggi karena penduduk Jakarta baru saja berkunjung ke Jateng dan Jabar. Tahu arahnya? Ya mau menendang Ridwan Kamil dan Ganjar Pranawa sebagai biang penyebaran covid di daerahnya.

Memang sangat mungkin demikian, namun apa yang telah dilakukan Anies Baswedan dengan covid 19? Nyatanya kalah parah dengan Jabar dan Jateng kog. Jakarta itu yang melakukan pusat bukan Jakarta. Hanya Jakarta yang semua jajaran elitnya tumbang, almarhum sekda, gubernur, wagub semua kena. Satu daerahpun tidak ada yang demikian.

Arahnya jelas politis bukan yang lain. Benar lagi kata  warganet, seleksi alam untuk 24 telah mendepak banyak kandidat. Sikap tanggung jawab sesuai dengan kapasitas itu penting bagi calon da terutama pemimpin. Bagaimana bisa menjadi pemimpin ketika orang hanya mencari kambing hitam dan abai sikap tanggung jawab. Itu adalah dasar. Sikap yang harus dimiliki pemimpin.

Siap menang dan siap kalah, sama  juga siap benar siap salah. Kecepatan memutuskan itu risikonya besar, dan keberanian bersikap ini sangat penting. Menanggung segala risiko itu buat politikus sangat berat, ketika kalah dan salah, namun kalau menang dan benar biasanya berebut. Sikap ini ternyata belum banyak menjadi  sikap batin bagi banyak politikus negeri ini.

Maunya menang, kalau kalah mencari kambing hitam,  tuding sana tuding sini. Pun ketika salah. Padahal salah itu bukan hal yang tabu ketika memutuskan, kecuali itu kriminal lho ya. Atau pelanggaran hukum. Kalau hanya salah kebijakan saja mengapa harus mencari kambing hitam/

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun