Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada dan Investasi Politik Mega dan PDI-Perjuangan

11 Desember 2020   20:13 Diperbarui: 11 Desember 2020   20:21 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malah dari DPP yang memberikan rekomendasi. Peran Mega, Jokowi tidak akan bisa menekan Mega untuk urusan demikian.  Tidak ada jalur birokrasi politik untuk itu.

Visi Mega yang jauh ke depan, dengan mengajukan yang muda namun memiliki prospek cerah itu cara yang cukup berbeda. Lihat saja bagaimana partai lain masih berkutat pada hal-hal yang remeh temeh sama terus dari tahun ke tahun.

Kaderisasi itu penting. Tetapi bukan kaku dan selalu saja denga model yang sama dari waktu ke waktu. Berani memilih yang berbeda dengan segala konsekuensi itu penting. Ternyata hasilnya baik dan bisa dinilai sukses besar.

Pembuktian memang ada pada pileg mendatang. Namun jika melihat rentetan dan rancangan yang ada selama ini, harapan itu ada dan memberikan titik terang. Investasi yang tidak akan gagal total. Plus kinerja moncer anak-anak muda memberikan tambahan harapan untuk si banteng untuk tetap di depan.

Perpecahan juga relatif tidak demikian kuat dan besar. Hanya kekecewaan yang sangat mungkin terselesaikan dengan waktu yang relatif tidak terlalu lama. Konsolidasi yang relatif cepat. Kesadaran baru, modernisasi, dan ke depan itu penting.

Tua dan abai inovasi bisa menjadi besi tua yang menghambat lajunya dinamika politik. Banteng ternyata melihat hal ini dan memutuskan untuk berani. Partai lain belum ada yang seberani ini. Demokrat namanya saja  yang modern, namun perilaku berpolitiknya malah parah.

Posisi penting parpol masih akan berlanjut. Inovasi tentu menjadi pertimbangan besar bagi para penguasa partai. Persaingan akan semakin ketat dan keberanian mengambil keputusan itu penting. Sebenarnya dengan mengajukan Jokowi untuk pilpres, kemudian Ahok di Jakarta memberikan pembelajaran politik yang baik.

Harapannya adalah dengan reputasi Jokowi dan juga Ahok kemarin, bukan malah membuat parpol enggan berbagi kesempatan kepada nonkader struktural untuk bisa menjabat jabatan eksekutif di semua level. Terlalu mahal memang ongkosnya, apalagi model berpartai untuk mencari makan, bukan berpolitik secara etis.

Risiko memang bagi kader yang pas-pasan kemudian menapaki jenjang itu dan terpental. Suka atau tidak, ke depan mutu menjadi jaminan danparameter terukur yang sangat gamblang. Di sinilah para pekerja partai mengubah paradigma untuk bisa bersaing dengan baik dan sehat.

Saatnya yang muda dan berprestasi untuk memimpin, bukan lagi kedekatan relasional semata yang mengantar pada jabatan. Masih jauh dari kondisi terbaik,  namun upaya ke sana sudah dicoba dan menunggu waktu sebagai pembuktian berhasil dan konsisten atau tidak.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun