Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengeroyok FPI

21 November 2020   15:04 Diperbarui: 21 November 2020   15:09 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengeroyok FPI

Dulu, pernah menulis pernyataan polisi di lapangan, meminta warga untuk mengalah pada FPI, sudahlah mengalah saja Mbak, ketika perempuan muda menjadi korban pelecehan seksual oleh laskar. Artikel itu masih ada, berita waktu itu dari media arus utama. Komentar membela FPI ada saat itu. Pada 25 September 2014 ternyata, baru 3.23 bulan berkompasiana ternyata.

Kondisi yang seolah tak tersentuh, bisa melakukan apa saja, sama juga dengan melakukan sweeping saat Ramadan pada warung-warung, atau mall-mall menjelang Natal dan Tahun Baru untuk "menertibkan" sesuai dengan kehendak mereka. Ramadan warung haarus tutup, kecuali nafsu mereka merusak tetap menyala. Topi sinterklass yang sangat menakutkan iman mereka ternyata omongan gedenya tidak sebanding dengan imannya.

Swepping mall dan warung beberapa waktu terakhir sudah mereda dan tidak ada laporan secara masif pada kedua momen itu. kehendak  kuat untuk tidak takut pada anarkhisme ormas dan rakyat ternyata penting. Acara-acara keagamaan selain aliran mereka juga kini bisa lebih leluasa, tidak ada lagi penghakiman dan eksekusi sekaligus algojo sebagaimana beberapa waktu lampau.

Pergeseran ini perlu waktu, ada keberanian "mengendalikan" ugal-ugalan mereka itu tidak seketika. Ingat beberapa waktu lampau ada aksi persekusi bagi siapa saja yang mereka anggap melecehkan, menantang, mendatangi, dan merisak siapa saja. Cukup masif waktu itu. Mereka memiliki sayap media sosial untuk menggelontorkan opini dan pengubahan persepsi bahwa perlu menekan pihak-pihak yang mereka anggap membahayakan mereka.

Mengapa bisa demikian leluasa?

Paham FPI yang kelihatannya identik dengan HTI dan kawan-kawan yang berfiliasi radikalis itu banyak dianut oleh birokrasi, militer, polisi, dan ormas-ormas lainnya. Penyusupan mereka ke dalam lembaga negara cukup sukses, sehingga susah untuk membubarkan mereka.  Pembelaan dan upaya untuk mereka eksis sangat kuat.

Terbukti, hingga kemarin, toh ada militer yang menyatakan dukungan untuk Rizieq secara publik. Penanganan cepat sebagai bentuk kesigapan atas lambannya mengatasi kelompok ini. pada 2009, Muhamadiyah dengan NU sudah memberikan rekomendasi bahwa infiltrasi, penyusupan agenda radikalis sudah sangat menghawatirkan. Buku Ilusi Negara Islam Indonesia, masih mudah diakses dan bisa dibaca sendiri.

Sebelas tahun lalu sudah ada masukan dari lembaga kredibel saja masih bisa eksis, karena memang mereka telah masuk ke mana-mana. Tarik ulur tahun lalu izin FPI juga belum ada kepastiannya. Kini, akhir 2020 suara lantang untuk menahan dan melawan mereka makin kencang. Hal yang wajar.

Ugal-ugalan dan arogan, membuat orang menjadi jengkel, marah, dan akhirnya bersikap. Pernyataan Nikita Mirzani yang mendapatkan reaksi dengan sangat berlebihan. Gelombang dukungan pada Nyai menjadi bahan bakar dan kemaraahan Rizieq yang tidak sepadan. Makin ia marah, makin menjadi bahan olok-olokan.

Tanggapan dari mana-mana makin menyulitkan posisi FPI dan Rizieq. Polisi mengganti pejabat mereka yang dianggap lalai dan memberikan angin surga bagi Rizieq untuk berbuat arogan dan merugikan banyak pihak. Pemanggilan pejabat yang terlibat di sana oleh kepolisian membuat keadaan makin pasti bagaimana FPI di mata rakyat.

Gubernur dan wagub Jakarta bertarik urat leher mempertahankan diri bahwa mereka tidak memberikan izin, tetapi soal ini sudah dalam artikel lain.  Konteks pembahasannya adalah  mengenai FPI akan dibiarkan sendiri untuk mempertahankan diri mereka. Semua meninggalkannya.

Panglima TNI mengunjungi semua kesatuan khusus dan elit dari pasukan ketiga matra militer. Gelar pasukan yang jelas maksud dan alasannya. Hal ini memberikan bukti lanjutan atas konferensi pers bahwa TNI tetap berpegang teguh pada NKRI. Siapa yang membahayakan kesatuan dan NKRI akan mereka hadapi. Jelas dan lugas.

Pangdam Jaya bersigap untuk menurunkan baliho yang bernada provokatif dan sangat menantang.  Satuan sipil, Pol PP dan polisi telah kewalahan, wajar TNI turun. Yang dihadapi ini orang dan kelompok yang mengandalkan pokok-e saja. Hal yang  tidak mudah.

Pemberitaan dan laporan penolakan rencana kedatangan Rizieq makin menguat, Medan, Bandung, Bali, dan banyak lagi. Melengkapi penolakan mereka sebagaimana di Pontianak, Semarang, dan banyak lagi tempat yang sudah sekian lama terjadi. Solo yang  memiliki basis massa radikalis cukup kuat ternyata menurunkan baliho Rizieq juga.

Falafah Jawa mengatakan, sate kebak sundukane, sate telah terlalu penuh, sama juga dengan senjakala atas perilaku mereka yang ugal-ugalan dan seolah tidak ada yang berani kepada mereka. Paragraf awal itu jelas demikian, pembubaran kegiatan keagamaan yang tidak mereka setujui, atau mereka menutup jalan tanpa ada yang berani melawan.

Kini semua berakhir, ketika pemerintah sudah banyak bekerja keras untuk mengakhiri asupan bagi mereka. Satu per satu akar dan dahan gede dipotongi. Puncaknya ternyata pandemi menjadi berkat bagi bangsa. Covid mempercepat melemahkan FPI. Kondisi lemah kepemimpinan, ternyata warga dan aparat negara bergerak bersama.

Sepandai-pandai tupai melompat gawal juga, sepandai-pandai Rizieq berbuat terpeleset juga. Kini, mana elit yang memujanya pada diam serib bahasa dan seolah merasa tidak kenal itu lebih baik. Ridwan Kamil. Anies Baswedan, Cikeas, dan elit yang biasanya membela bak babi buta kini menjaga jarak, satu dua suara pembelaan yang malah melahirkan cemoohan wajar, hanya upaya terakhir.

Biasanya mereka main keroyok, kini mengalami dikeroyok. Pantas nasihat nenek moyang untuk menjaga diri, jika tidak mau dicubit ya jangan mencubit. Prinsip alam yang sangat baik sebenarnya.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun