Gubernur dan wagub Jakarta bertarik urat leher mempertahankan diri bahwa mereka tidak memberikan izin, tetapi soal ini sudah dalam artikel lain.  Konteks pembahasannya adalah  mengenai FPI akan dibiarkan sendiri untuk mempertahankan diri mereka. Semua meninggalkannya.
Panglima TNI mengunjungi semua kesatuan khusus dan elit dari pasukan ketiga matra militer. Gelar pasukan yang jelas maksud dan alasannya. Hal ini memberikan bukti lanjutan atas konferensi pers bahwa TNI tetap berpegang teguh pada NKRI. Siapa yang membahayakan kesatuan dan NKRI akan mereka hadapi. Jelas dan lugas.
Pangdam Jaya bersigap untuk menurunkan baliho yang bernada provokatif dan sangat menantang.  Satuan sipil, Pol PP dan polisi telah kewalahan, wajar TNI turun. Yang dihadapi ini orang dan kelompok yang mengandalkan pokok-e saja. Hal yang  tidak mudah.
Pemberitaan dan laporan penolakan rencana kedatangan Rizieq makin menguat, Medan, Bandung, Bali, dan banyak lagi. Melengkapi penolakan mereka sebagaimana di Pontianak, Semarang, dan banyak lagi tempat yang sudah sekian lama terjadi. Solo yang  memiliki basis massa radikalis cukup kuat ternyata menurunkan baliho Rizieq juga.
Falafah Jawa mengatakan, sate kebak sundukane, sate telah terlalu penuh, sama juga dengan senjakala atas perilaku mereka yang ugal-ugalan dan seolah tidak ada yang berani kepada mereka. Paragraf awal itu jelas demikian, pembubaran kegiatan keagamaan yang tidak mereka setujui, atau mereka menutup jalan tanpa ada yang berani melawan.
Kini semua berakhir, ketika pemerintah sudah banyak bekerja keras untuk mengakhiri asupan bagi mereka. Satu per satu akar dan dahan gede dipotongi. Puncaknya ternyata pandemi menjadi berkat bagi bangsa. Covid mempercepat melemahkan FPI. Kondisi lemah kepemimpinan, ternyata warga dan aparat negara bergerak bersama.
Sepandai-pandai tupai melompat gawal juga, sepandai-pandai Rizieq berbuat terpeleset juga. Kini, mana elit yang memujanya pada diam serib bahasa dan seolah merasa tidak kenal itu lebih baik. Ridwan Kamil. Anies Baswedan, Cikeas, dan elit yang biasanya membela bak babi buta kini menjaga jarak, satu dua suara pembelaan yang malah melahirkan cemoohan wajar, hanya upaya terakhir.
Biasanya mereka main keroyok, kini mengalami dikeroyok. Pantas nasihat nenek moyang untuk menjaga diri, jika tidak mau dicubit ya jangan mencubit. Prinsip alam yang sangat baik sebenarnya.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H