Ada lho tokoh senior, dalam pemerintahan, sudah menyuarakan senada dengan apa yang Rizieq katakan, rekonsiliasi dengan syarat-syarat naifnya. Melengkapi tokoh-tokoh oposan dan yang biasa teriak-teriak sudah ada dalam jebakan, kalau bahasa Eyang Pram Rumah Kaca. Semua bermain di dalam aqurium yang sangat gamblang.
Ada ikan yang mau meronta dan lepas itu sangat mungkin, tetapi toh sudah teridentifikasi. Nah penonton itu kadang tidak sabar karena melihat persiapan yang mereka tidak pahami. Ada sisi yang memang tidak bisa dan tidak harus diketahui publik.
Ketika mereka ada dalam rumah kaca itu, apapun polahnya itu diketahui, mereka sedang apa dan mau apa itu sudah dipahami dengan baik. Hanya menunggu waktu dan saatnya untuk mereka memberikan fakta dan bukti, jadi tidak usah repot-repot membuktikan.
Ke mana elit-elit yang telah banyak omong, keras, dan bicara memaksakan kehendak itu sekarang? Diam seribu bahasa karena bukti-bukti itu mereka berikan sendiri. Polisi hanya mencari pendukung dan klarifikasi dari berbagai pihak untuk memperlengkapi data untuk tindak lanjut.
Keberadaan banner dan atribut Rizieq Shihab yang selama ini seolah mau mempertontonkan diri sebagai mengatasi hukum, raja di raja yang tak tersentuh itu, kini turun, jadi sampah, dan tidak ada aksi balasan. Ujaran besar omong kosong, tetapi memang perlu waktu yang tepat, dan itu benar, pilihan cerdik, mengalah untuk menang.
Coba atribut itu diturunkan sejak awal, mereka tentu saja menyiapkan skenario yang lebih sulit bagi penegak hukum. Ketakutan terkena covid sebagai manusia pasti ada. Nah laskar FPI pasti kini sedang cemas, mana mikir spanduk segala. Ini yang namanya Jokowi lemah? He..he...kesabaranmu yang lemah.
Pemain layang-layang handal, tahu kapan harus mengulur, kapan harus membuat tali itu tegang, dan bisa berjalan dengan relatif baik. Sekali lagi ini soal kesabaran.
Makin panik, makin banyak membuat mekanisme pertahanan diri, biasanya akan menyasar pihak lain. Semua terbuka dan gamblang di tengah rumah kaca itu. semua terlihat culun, mau politikus sepuh, mau yang hijau ingusan ternyata sama saja.
Makin menarik, makin asyik, dan lebih mendebarkan ketika semakin jelas apa yang dilakukan pemerintah. Sabar itu kunci ketika semua sudah campur aduk tidak karuan. Agama, politik, hukum, kesehatan, dan semua menyampur tidak karuan. Mengurainya perlu waktu.
Terima kasih dan salam