Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Izin Keramaian, Berebut Benar, FPI-Rizieq, atau Anies Baswedan?

18 November 2020   20:16 Diperbarui: 18 November 2020   20:36 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ia menyatakan tidak memberikan izin. Ya boleh mengaku apa saja. Melihat rekam jejaknya, apa yang dilakukan di depan matanya, jika acara tidak ada izin, pandemi pula. Toh  layak dilihat fakta-fakta lain yang menyertai.

Ia hadir, sowan, ketika Rizieq Shihab datang. Acara itu sudah menjelang, mosok tidak melihat kesibukan di sana. Konon juga ia adalah saksi perkawinan pada rencananya.  Susah melihat ia tidak tahu apa-apa, meskipun tidak memberi izin, toh "membiarkan", sangat mungkin.

Fasilitas yang ada, penutupan jalan, kendaraan toilet, siapa yang memberikan perintah atau inisiatif. Bisa saja kelurahan, kecamatan, atau kota, mereka bisa juga dipanggil, klarifikasi, itu perintah atau inisiatif siapa. Semua pasti akan menyuarakan dan polisi memiliki kewenangan untuk itu.

Kepolisian juga bisa memberikan keterangan karena adanya penutupan jalan, rekayasa lalu lintas. Siapa yang memberikan perintah, mengatur itu, inisiatif dari mana? Semua bisa dirunut dengan baik. Siapa yang harus bertanggung jawab.

BNBP, membagikan hingga 20.000 masker dan perlengkapan lainnya. Asumsi atau perkiraan dari mana angka segede itu? Angka undangan dari 30  kog jadi 20.000 puluhan ribu kali lipat. Mosok BNPB menggelembungkan angka, dan belum pernah ada pelaporan model demikian dari sisi BNPB. Layak ditunggu undangan dan klarifikasi dari pihak BNPB dengan kepolisian, untuk melihat siapa yang lebih benar.

Apa yang mereka tampilkan ini apa yang  di luar  skenario semula. Petentang-petenteng sebelum ini, terutama mulai dari bandara hingga malam berikutnya. Usai konferensi pers panglima TNI dengan jajaran yang siap tempur, semua berubah. Anies Baswedan tidak jadi saksi.

Mereka, baik FPI-Anies tidak menyangka semua menjadi berani. Tantangan revolusi berdarah bahkan di jawab Pangdam dengan ungkapan Rizieq Shihab itu warga negara biasa. Tidak berhenti begitu saja, namun juga dengan pencopotan berbagai banner Rizieq di mana-mana. Padahal sudah ada ancaman, yang menurunkan spanduk itu musuhnya mereka.

Pencopotan kepala kepolisan, pemanggilan pihak yang terkait dan dianggap lalai dalam menegakan portokol kesehatan itu, mereka sama sekali tidak menduga, jika melihat perilaku mereka sebelumnya. Tiba-tiba saja semua berbalik arah, yang awalnya seolah takut menjadi berani dan beraksi. Kelihatan bahwa mereka tidak siap dengan rencana lanjutan, karena berbeda dengan apa yang mereka prediksikan.

Mengenai izin ada atau tidak sih tidak begitu mendasar. Semua juga paham seperti apa. Yang jauh lebih penting adalah, mengulik para bandar, penyandang dana, dan bohir yang menggunakan jasa Rizieq dan kawan-kawan.  Mereka ini yang harus jauh lebih  bertanggung jawab. Pelaku lapangan itu tidak begitu parah merusak dibandingkan yang tidak kasat mata namun berdaya rusak luar biasa.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun