Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Untung Ada Jokowi

17 November 2020   11:32 Diperbarui: 17 November 2020   11:35 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selama ini selalu terulang, antara kinerja yang memang berat, plus tugas yang tidak dipahami, juga memang terlalu banyak hal yang diserbukan bersama-sama. Oposan kelas jalanan ini paham betul. Serbuan bertubi-tubi pasti membuat gagap dan kemudian ada serangan lanjutan.

Hal yang bagi Jokowi itu memang tidak penting, tetapi energi bangsa ini habis hanya untuk hal yang sepele. Mengapa demikian?

Ara bohor itu tidakbekerja. Uang mereka hasil malak, maling, dan cuci uang sudah banyak. Ada pula yang menggerakan uang mereka. Nah waktu kosong ini mereka asyik mempermainkan negeri. 

Bukan sekadar iseng, namun mengamankan aset, usaha, dan juga jalur yang mereka rintis, upayakan selama ini bisa tetap menjamin masa depan anak --cucu-cicit mereka tentu saja.

Kasihan pion-pion yang tidak tahu apa-apa, korban cuci otak dan indoktrinasi ngaco ke mana-mana, muaranya Jokowi salah, lengserkan, dan ganti. Miris sebenarnya wong mereka ini sama sekali tidak tahu kebenarannya. Karena sudah terdoktri pokok e ya susah.

Entah berapa generasi model ini bisa pulih otaknya. Nyatanya mereka bukan hanya orang kelas bawah, tak berpendidikan, banyak yang kaya, pinter, toh sama juga picik.

Kasihan dan sayang, agama, terutama yang dipakai di mana-mana dan ke mana-mana. Pemukanya juga dijadikan olok-olokan karena segelintir di antaranya menjadikan diri sebagai bahan  olok-olokan. Miris sebenarnya, tetapi susah diberi tahu malah ditudin menistakannya.

Dulu, masa perjuangan selalu gagal merdeka karena tidak ada persatuan. Politik kepiting menjadi alat untuk menjegal dan mencapit yang mau membawa kepada kemerdekaan. Penghinaatan dan iren menjadi tabiat, eh ternyata hingga saat ini masih demikian.

Persatuan menjadi kunci untuk mengatasi ini semua. Hukum sosial dengan tidak memberikan ruang pada aksi-aksi inkonstitusional apapun bentuknya. Intoleransi, makar tipis-tipis, dan semua aksi di luar konstitusi.

Mau elit, mau ekonomi sulit  sama saja, ketika mengabaikan persatuan, yo susah. Miris, negara besar ini rusak bukan karena suku, ras, atau agama yang gede dan beragam, tapi manusia tamak yang menggunakan agama, suku, dan ras demi memenuhi hasrat dan tamaknya itu.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun