Jokowi Ahli Menghadapi "Anak Tantrum", Tidak Termakan Provokasi
Perilaku Rizieq hari-hari ini adalah ungkapan caper, cari perhatian yang biasa dilakukan anak-anak. nangis berguling-guling demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Jokowi sudah terbiasa menghadapi hal demikian. Ia seorang bapak yang paham psikologi anak. membiarkan itu hal yang paling bijaksana.
Literatur ilmu jiwa memang menyarankan demikian. Anak yang sedang tantrum jangan dibujuk, dirayu, atau diberikan janji-janji manis agar ia diam. Biasanya dilakukan karena orang tuanya malu dan menghentikan dengan segera adalah memberikan keinginannya dan selesai.Â
Hal yang akan dipakai lagi di waktu lain. Trik yang dimenangkan anak akan dipakai terus hingga mati. Mosok orang tua tantrum? Ya mekanisme dan teknisnya lain tentu saja. Memaksakan kehendak agar keinginannya tercapai dan orang lain turut keinginannya.
SBY kala 2016 melakukan protes sangat keras, Jokowi hanya diam saja, ada pula malah mengunjungi Prabowo sebagai oposan utaman dari pada SBY. Mengunjungi Hambalang, ketika SBY mengunjungi Jawa dengan narasi kecenderungan menisbikan capaian pemerintah dan menaikan prestasinya. Langsung balik kanan dan berhenti apa yang ia lakukan.
Sukses Jokowi, bukan malah tantrum anak menjadi mekanisme terulang. Cukup lama SBY tidak berlaku demikian, hingga akhir-akhir ini kembali seperti itu. Toh tidak lagi begitu berdampak. Eh kini ada penggantinya.
Riziek dan Perilaku Capernya
Beberapa hal layak dicermati, bahwa ini bukan aksi spontan, namun sebuah aksi yang direncanakan. Ada rencana yang saling  bertautan antara aksi dan reaksi untuk tujuannya jelas Jokowi ganti.Â
Sering narasi itu tersebut dengan gamblang dalam aksi-aksi yang terafiliasi pada mereka. Tidak gampang memang mengganti presiden, tetapi fokus bukan pada penggatian presiden, namun risiko dalam hidup bersama yang perlu dicermati.
Sering ada ungkapan, pemerintah lemah, polisi ke mana, percuma didukung jika keadaan seperti ini. Ya wajar, karena pandangan kan terbatas. Pemerintah kan berbeda, memiliki sudut cakrawal yang lebih luas, menyeluruh, dan RS dkk juga rakyatnya. Ini yang tidak dilihat oleh para pendukung yang kini sedang panas dingin.
Jokowi atau pemerintah bisa menangkal RS pulang, tetapi apa bedanya dengan Soeharto jika demikian? Apa iya mau ada Orba jilid dua?
Provokasi demi provokasi ternyata tidak mempan bagi Jokowi. Bandara dan taman itu rusak, iya. Etalase negeri diobok-obok, iya, itu fakta. Namun berapa kerugian jika aparat represif demi atas nama ekonomi dan ketegasan? Nyawa orang yang tidak tahu apa-apa. Ingat yang ada di lapangan itu tidak tahu apa-apa. diperalat pihak lain.
Pihak lain inilah yang masih dinantikan untuk ditangani aparat. TNI telah dengan jelas menangani prajuritnya. Tindakan terukur dan kampanye kepada pihak yang akan menjadi sasaran selanjutnya. Pesan gamblang, TNI bisa saja menyelesaikan, namun bukan itu pilihan terbaiknya.
Gagasan rekonsiliasi, tanpa ada respons sama sekali dari setingkat menteri, apalagi presiden. lagi-lagi pilihan cerdas. Anak caper biarkan saja. Pantau asal tidak membahayakan hidup bersama. Sama persis menghadapi anak tantrum, biarkan namun diawasi jangan membahayakan diri si anak dan lingkungannya.
Mengadakan kegiatan keagamaan dan pesta pernikahan di tengah pandemi. Mengantar masker, seolah tindakan bodoh dari pemerintah. Ya biar saja, dari pada ribut yang lebih gede dan korban kemungkinan orang yang tidak tahu apa-apa. Ini tentu menjadi pertimbangan pemerintah.
Mencabut ilalang, jangan pula malah terikut pohon padinya. Jangan salah, pembiaran ilalang sekian lama menyulitkan ketika mau menyiangi, karena sudah saling berkelindan dan saling silang. Ini kerja keras dan sangat tidak mudah.
Tindakan terukur dan terencana menjadi penting. Jangan sampai menyelesaikan masalah dengan masalah, kalah dengan pegadaian jika demikian. Salut pada aparat dan juga jajaran pemerintah yang tidak terprovokasi. Kisah berbeda jika terjadi kerusuhan, hanya karena ketidaksabaran yang berujung pada ketidakcermatan dan keteledoran.
Jangan sampai hanya karena emosional, mengikuti kata netizen, pendukung, dan kemudian malah menyasar dengan tidak tepat. Rizieq dan kawan-kawan ini kan hanya alat, yang penting kan operator yang menggerakannya. Â Siapa saja mereka dan itu urusan negara. Jangan sampai mereka berleha-leha dan mengorbankan rakyat yang tidak tahu apa-apa.
Salut pada pemerintah, Jokowi yang sama sekali tidak terprovokasi dan terpancing untuk sedikit pun memberikan reaksi yang berlebihan. Perangkat pemerintah dan negara itu lengkap. Tidak perlu khawatir negara terlambat menghadapi ini.
Soal waktu dan ketepatan untuk menindak telah Jokowi buktikan berkali-kali. Risiko negara demokrasi dihuni dan dijalankan anak-anak ya seperti ini, riuh rendah yang kurang manfaat.
Sekali lagi, salut kepada aparat, satgas covid, dan pemerintah, terutama Jokowi yang tetap tenang. Genderang ditabuh tanpa mau ikut di dalamnya, kini permainan makin kacau karena tidak ada yang mau mengikuti irama mereka.
Kesabaran memegang peran penting. Permainan masih akan berlangsung. Sepanjang masih aman, layak dinikmati.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H