Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Penolakan Hadir Gatot Nurmantyo

11 November 2020   15:52 Diperbarui: 11 November 2020   16:12 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi itu pada 2024 bukan rival" head to head, dengannya. Untuk apa "mempermalukan" sepertiitu, mau mereduksi kewibawaan dan kebesaran Jokowi juga tidak ada manfaatnya. Pada saat yang sama, mau menaikan citranya juga tidak ada.

Kecenderungan yang dilihat adalah, Gatot Nurmantyo  arogan dan sombong, belum jadi pemimpin saja seperti itu. Susah melihat ia bisa rendah hati. Hal yang lumrah jika demikian lebih mengemuka, ia memilih jalan itu.

Ia menjadi Panglima TNI itu atas rekomendasi Jokowi, boleh dong massa menilai, Gatot Nurmantyo orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu menjaga martabat orang yang pernah memberikannya jalan untuk jabatan. Benar Jokowi hanya membantu, capaiannya sendirilah yang membawanya pada pucuk pimpinan TNI.

Apa yang diperlihatkan Gatot selama ini justru malah memperlemah posisi dia dalam percaturan politik nasional. Pelanggaran kaidah umum protokol kesehatan itu sederhana lho. Menggunakan segala cara demi kepentingan pribadi lebih dominan terbaca.

Permainan dan langkah-langkahnya jauh dari taktis, sangat gamblang terbaca dan terlihat oleh rival politik yang tentunya akan dengan mudah menyiapkan jebakan dan jalan sesat untuk memenggal langkahnya hingga 2024.

Terlalu lama ia membangun citra diri dengan cara yang tidak tepat pula, berkaitan dengan poin di atas. Bagaimana ia dengan sangat gamblang membuka perselisihan dengan pemerintah dan juga partai politik yang mengusung pemerintah tentunya.

Survey jarang menempatkan Gatot pada posisi yang layak untuk ia bersikap seperti ini. Artinya, ia bukan siapa-siapa, kalah jauh dengan Prabowo sesama jenderal, atau pimpinan daerah yang moncer diwakili Ganjar contohnya.

Ia jauh lebih baik itu kini menyewa konsultan politik jempolan, yang akan memberikan nasihat, masukan, dan pendampingan untuk memoles citra diri sebagai politikus. Dagangan Komunis sudah tidak laku dan usang.

Langkah taktis berikutnya, belajar dari Prabowo dan Wiranto memiliki kendaraan partai politik. Cara yang paling mudah, "kudeta" atau "membeli" partai. Langkah ini masih cukup waktu jika memang serius mau maju pilpres.

Energi, waktu, dan pasti dana yang selama ini telah keluar sia-sia, ini sama juga Messi atau Ronaldo namun main tarkam, bingung mau apa dengan permainan yang di hadapi. Ia hanya lari ke sana ke mari namun tidak tahu gawangnya di mana.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun