Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penistaan Nabi, Gisel, dan Munafiknya Negeri ini

7 November 2020   21:12 Diperbarui: 7 November 2020   21:16 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satunya kata dan perbuatan lebih sedikit yang menganut, apalagi elit politik bangsa ini. Hal yang menjadi panutan akar rumput atau masyarakat. Termasuk juga elit agamanya.

Lamis, sikap baik di muka, hanya permukaan dan tampilan, padahal sejatinya jauh dari itu. Mirip-mirip dengan munafik, namun kadarnya sedikit di bawahnya. Yah seperti anak TK dan PAUD lah, atau 11 12. Berbeda, lamis masih unsur basa-basi, ketidaktulusan, bukan sekaliber munafik.

Konteks lamis ini masih lebih ada nada baik-baiknya, meskipun sedikit. Unsur mencari keuntungan lebih kecil dari pada munafik. Menjaga relasi dan kondisi saja yang lebih dominan dalam ranah ini.

Pengetahuan yang sempit dan dangkal. Hal yang jauh lebih banyak menghinggapi masyarakat. Maka tidak heran begitu banyak hoax bertebaran dan korban UU ITE karena kadar pengetahuan yang rendah. Pendidikan dan pengalaman yang tidak berkembang karena memang tidak dikembangkan. Ini masalah bangsa ini yang seolah dinikmati.

Fanatisme sempit beragama, namun sekaligus juga abai mengenai pengamalan soal agama. Jelas terlihat bagaimana bisa mengutuk penista agama, namun sekaligus penyuka pornografi dan skandal. Lihat saja dan juga cermati, bagaimana hebohnya ketika ada yang meninggalkan agama dan beralih pada yang lain. Atau mengubah tampilan religius yang dianut baik oleh sebagian besar publik. Perundungan akan menerpa dan lagi-lagi lupa agamisnya. Mencaci maki menjadi sebuah kebiasaan.

Salah satu kualitas beragama dan beriman sejatinya adalah makin tenang, tidak akan silau pada hal-hal yang baik ataupun buruk. Semuanya dinilai dengan wajar. Nah jika masih heboh mau baik atau buruk, pada dasarnya masih cukup jauh dari apa yang seharusnya dalam beragama dan hidup spiritual. Tidak akan hanya mengejar dan ikut-ikutan yang viral.

Ketenangan dan ora gumunan, kata Semar adalah wujud mendalam dalam segi spiritualitas. Semua tidak penting, kata Antony de Mello.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun