Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Paus Fransiskus di Balik Kisruh Perancis, Imigran, dan Kebebasan Berpendapat

6 November 2020   20:29 Diperbarui: 6 November 2020   20:48 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya ini bukan soal agama, atau soal imigran, atau asal-usul orang. Namun sekelompok orang yang memiliki tafsir sempit atas agama. Mereka ini membenarkan, merasionalisasikan hasrat sendiri, atau kelompok demi memuaskan dahaga akan kekerasan.

Mana ada sih manusia modern masih mengenal kekerasan, pancung, tebas leher, dan merasa tidak bersalah? Kecuali sudah termakan indoktrinasi sebagian kecil elit yang mereka malah bersembunyi di mana sama-sama tidak tahu.

Pembelajaran bersama, bagaimana orang perlu belajar luas, mencoba mengerti pihak lain, tanpa mengorbankan diri dan iman, atau agama mereka. Bayangkan, mereka menyerang orang Katolik. Padahal gerbang pengungsi itu dibuka karena teriakan orang Katolik. Belum tentu juga pelaku pemenggalan ini masuk Perancis karena seruan Paus ini, tetapi bahwa potensi mereka ada di sana karena "kebaikan" paus juga sangat mungkin.

Kemanusiaan itu lebih dari segalanya. Miris sebenarnya, ketika perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, termasuk perbedaan agama membuat orang tega memenggal kepala, apalagi dirasionalisasi atas anjuran agama? Beneran demikian?

Susah menerima dengan nalar sehat, ketika riuh rendah pembelaan dan pengecaman atas penggunaan dalil agama sama santernya. Berarti ada masalah di sana. Bagaimana yang pro dan kontra itu di dalam menghayati teks yang sama bisa menghasilkan tafsir dan makna yang berlainan.

Apalagi di sini yang masih mengalami sindrom dan mabuk agama. Dikit-dikit agama, namun perilaku maling, kejahatan, merajalela. Sikap bertanggung jawab minim, malah munafik seolah menjadi raja diraja. Bisa diyakini, di sini, lebih banyak yang tidak paham apa yang terjadi, termasuk elit agama yang gembar-gembor penodaan nabi. Kan kisah klasik yang kebetulan terulang karena pengajaran yang "teledor" dalam kacamata di sini.

Belum lagi, pasukan nasi bungkus yang mengasong proposal demo dengan nada dasar Jokowi turun dan pulangkan imam besarnya. Mereka ini mana paham masalah dengan baik, pokoknya ada dana untuk ribut dan ribet. Apapun temanya ujungnya Jokowi turun dan pulangkan Rizieq. Mau UU Cipta Kerja, UU KPK, atau apapun, pokoknya dua agenda itu ada. Siapa mereka kog digdaya begitu?

Elit semua tahu kog siapa di balik itu semua. Dan mirisnya, kasus di Perancis pun ikut turun ke jalan, padahal di sini belum tentu lebih baik.

Terima Kasih dan Salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun