Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ke Mana Jokowi?

4 November 2020   20:13 Diperbarui: 4 November 2020   20:36 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sama sekali tidak ada. Belum lagi jika berderet panjangnya mengenai aksi intoleransi di negeri ini. Mirisnya, banyak elit  yang mabuk dan menglaim diri paling toleran, memaksa Macron meminta maaf, meminta Macron belajar bertoleransi. Kog tidak malu. Ketika negeri ini compang-camping atas tindak intoleransi oleh segelintir orang dan kelompok sebenarnya, namun mana mereka yang meneriaki Macron berada?

Benar Jokowi kuat menghadapi hinaan pada dirinya, namun sebagai kepala negara, jangan menyamakan rakyatnya yang juga banyak dengan kebhinekaan itu belum tentu sekuat dirinya. China dicaci maki, dijadikan kambing hitam, mengapa Arab, India, atau bule sama sekali tidak pernah dijadikan sasaran, sama sekali tidak pernah ada dukungan.

Pun agama-agama yang kecil itu, sudah kenyang dengan cacian, makian, dan tudingnya ngawur, tafsir sepihak, ketika sedikit saja disenggol langsung bacok. Setuju bahwa menghadapi anak-anak itu harus banyak mengalah, namun ketika anak itu mulai beranjak dewasa namun terkungkung pada jiwa kerdil bayi, ya bisa membuat pihak lain juga meradang.

Bayangkan saja ada anak gede namun berperilaku kolokan, manja, namun nyolot, bisa ada yang tidak terima dan ditempeleng. Ini bisa menjadi mulainya malapetaka.

Posisi Jokowi memang sulit, dilematis, dan susah. Tegas dikit kena antiagama, pemerintahan dzolim, ini semua karena sejak awal membiarkan mereka bebas menarasikan sekehendaknya sendiri. Ini negara hukum. Boleh Jokowi sebagai pribadi menilai itu tidak penting, namun tertib hukum harus ditegakkan.

Merajalela, ketika 10 tahun menjadi anak manja yang semau-maunya karena pemimpin lembek, eh enam tahun dibiarkan karena dianggap tidak penting, namun mereka mengartikan pemerintah takut. Jangan salah, mereka ini musang berbulu serigala, jadi tampang sudah berbahaya, apalagi perilaku. Menggunakan kekuatan massa dan berkedok dengan agama demi hasrat dan nafsu kekuasaan dan keuntungan finansial.

Menanti ketegasan Jokowi sebagaimana mengawal UU Cipta Kerja di dalam menekan aksi intoleransi. Lha menghadapi teroris dan ancaman bom saja berani, mengapa gagap menghadapi FPI dan geng mereka?

Paham bahwa mereka memanfaatkan kepicikan dan mabuk agama di dalam aksi mereka, tetapi miris ketika banyak elit sulit ini merajai media sosial dan berteriak-teriak seolah paling benar, dan menjadikan itu sebagai panggung mereka. Pemerintah takut pada mereka. Mengerikan, perlu tindakan keras, tegas, dan terukur, kan sudah menyatakan periode kedua tidak lagi mempunyai beban.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun