Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andi Arief Bapilu Demokrat, Sugik Nur, dan Pilihan Politis

25 Oktober 2020   14:27 Diperbarui: 25 Oktober 2020   14:32 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andi Arief Bapilu, Sugik Nur, dan Pilihan Politis

Cukup kaget, ketika Andi Arief sebagai ketua Bapilu Partai Demokrat menyarankan NU untuk memaafkan Sugik Nur. Mengapa? Ada beberapa hal yang patut dicermati.

Pertama, kasus Sugik Nur ini bukan hanya sekali dua kali, namun  berkali-kali. Penjara pun pernah ia huni dengan kasus yang identik. Artinya, dia tidak ada itikad baik untuk berubah dan bebenah atas materi ceramahnya. Pemaafan itu bisa terjadi karena khilaf, bukan berulang.

Kedua, ini soal ormas besar dan juga mewakili pihak-pihak yang selama ini telah dilecehkan oleh Sugik Nur. Tidak semata NU sebagai ormas dengan segala jaringannya, namun juga menjadi pembelajaran dari pihak lain yang hanya mendiamkannya selama ini.

Ketiga, aneh dan lucu, membela seorang yang terbiasa mengeluarkan kata-kata buruk dalam banyak kasus, dengan mengatasnamakan NU akan dicatat dalam sejarah. Sangat tidak tepat, mengapa? Ini persoalannya Sugik Nur sudah merembet ke mana-mana, memiliki pengikut fanatis yang perlu juga dibina dan dididik bukan dengan pemaafan.

Keempat, apakah Andi Arief akan menjamin jika Sugik Nur akan berubah dan menjadi lebih baik? Jika tidak, bahaya bagi keberadaan NU dan juga Sugik Nur. Cara ia berceramah itu ngaco, ngawur, dan seenaknya sendiri.

Kelima, melihat postingan Andi Arief jelas adalah politis. Pemain politik, bapilu lagi, tentu demi suara di 2024. Menjadi aneh dan lucu apa yang Andi Arief lakukan selama ini malah cenderung mencemarkan bukan menenarkan keberadaan Demokrat. Beberapa hal yang bisa dilihat.

Mengnacam Mahfud MD mengatakan siapa yang menjadi dalang rusuh UU Cipta Kerja, padahal  sama sekali tidak ada yang menyinggung Demokrat. Reaksinya berlebihan, berbeda jika Airlangga mengatakan parpol D, atau pernah memimpin negeri ini. Wong sama sekali tidak ada rujukan ke arah sana.

Seolah malah mereka mengaku, dan menjadi bulan-bulanan media dan netizen. Belum lagi soal laain yang masih membelit mereka. Ini bumerang, bukan senjata yang baik.

Lumayan memang dengan mencoba memihak buruh, ada harapan suara buruh cukup gede dan signifikan.  Lha kali ini malah mendukung Sugik Nur berhadapan dengan NU. Basis massa mana lebih gede itu jelas penting.

Partai politik itu membutuhkan pemilih. Berapa sih yang ada pada barisan Sugik Nur? Berbeda ketika itu Rizieq Shihab, atau Gatot dan KAMI misalnya. Lha ini malah NU yang merasa sedang panas bisa membuat keputusan yang membuat Demokrat lebih kalang kabut.

Sugik Nur akan habis dan ditinggalkan komunitasnya. Ingat bagaimana Ratna Sarumpaet, Buni Yani, Ahmad Dhani, dan kasus-kasus model oposan ngawur. Basis massanya itu beririsan dengan banyak pihak yang akan menjadi rebutan berbagai pihak.

Pilihan yang seolah bijak, namun malah menjadi masalah. Susah melihat ini sebagai sebuah upaya politis yang banyak membantu. Cenderung karena pada barisan oposan harus dimanfaatkan itu saja.

Jauh berbeda, jika pernyataannya jangan hanya Sugik Nur yang perlu ditangkap, bina juga tuh penceramah-penceramah lain yang memiliki nada sama dengan Sugik Nur. Penegakan hukum jangan tebang pilih. Itu baru keren dan bisa menjadi jaminan ada suara ke depannya.

Miris melihat reputasi Andi Arief sebagai eks98 namun ternyata permainan politiknya hanya segitu. Jauh lebih banyak hal yang bisa dijadikan isu dan menanggapi fenomena dengan lebih cerdas dan berkelas.

Masalah bangsa ini masih banyak, pun masalah Demokrat. Bagaimana mereka krisis kepemimpinan usai SBY jelas tidak bisa disangkal lagi. AHY masih terlalu jauh untuk bisa sekadar dua taraf di bawah SBY. Kader mereka tidak ada yang cukup menjual, minimal dengan suara dan kritikan berkelas.

Oposan itu baik dan sangat bagus malah, harus bersuara, namun selama ini cenderung waton sulaya, asal berbeda dengan pemerintahan. Padahal tidak demikian namanya oposan yang berkarakter dan bermatabat. Miris asal berbeda dan kadang benar pun dijadikan santapan untuk menyalahkan.

Politik cemar asal tenar seolah kini juga menghinggapi Demokrat. Padahal sudah usang dan berkali ulang gagal menjadikan orang naik pada posisi yang diinginkan. Terlalu naif, di tengah  hingar bingar media sosial masih menggunakan politik asal dibicarakan meskipun buruk sekalipun.

Apakah ini bentuk frustasi Andi Arief? Sangat mungkin. Pilihan yang memilukan dilakukan ketua bapilu sebenarnya. Penegakan hukum jelas lebih menjanjikan dari pada main narasi kebaikan yang sangat sumir demikian.

NU dan pemerintah itu kini lebih banyak orang percaya. Ingat kepuasan publik di atas 60%, mau dicaci seperti apa pemerintah masih relatif aman. Menggulingkannya jauh dari kemungkinan, TNO masih solid di belakang pemerintah. Nah, ketika keadaan demikian kog malah mendukung pelaku yang menghina-hina pemerintah,jelas bukan maksudnya dan kemungkinannya.

NU pun demikian, dunia internasional mengakui. Ada kesalahan dan kekeliruan itu normal, diperbaiki bukan malah dimaki. Ini hanyalah sebuah cara, namun cara itu juga menentukan hasil akhir.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun