Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Kepulangan Imam Besar Rizieq Shihab

14 Oktober 2020   11:16 Diperbarui: 14 Oktober 2020   11:24 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menanti Kepulangan Imam Besar Rizieq Shihab

Di tengah hingar bingar demo demi demo tanpa kehadiran Rizieq Shihab, ada pernyataan pers dari ormas ilegal kalau imam besar akan pulang. Absennya Rizieq memang cukup siginifikan berpengaruh pada aksi-aksi yang ada.

Pro dan kontra sih wajar. Namanya juga alam demokrasi. Ada yang menilai ia adalah pemimpin kharismatis dan memiliki pengikut setia banyak. Silakan. Tetapi ada pula sisi berbeda melihat kalau ia adalah pembuat onar, ya sah-sah saja pula. Lucu ketika bicara demokrasi namun memaksakan kehendak.

Pidatonya pada satu sisi dianggaap provokasi atau agitasi. Pendukung dan pemakai jasanya tentu menafsirkannya sebagai pembangkit semangat. Ada pro dan kontra. Negara demokrasi menjamin itu. Namun ingat, kebebasan itu juga terbatas atas kebebasan orang lain, bukan sebebas-bebasnya a la hukum   rimba.

Demokrasi itu perlu namanya etika, sikap bertanggung jawab, dan tahu batas. Pihak lain juga memiliki kebebasan yang sama, bukan bebas untukku bukan untuk kalian. Ini sih namanya feodal tong.   Di sinilah kedewasaan berbangsa dan berdemokrasi. Buah demokrasi itu penghargaan bukan pemaksaan.

Menarik adalah beberapa hal mengenai kepulangan Rizieq, apalagi yang terakhir dengan kata-kata memimpin revolusi sebagaimana kata Sobri.

Pertama, hal yang sudah berkali ulang terdengar, Rizieq akan pulang. Sejak masa kampanye pilpres, sehingga ada subuhan bersama dan kemudian dalam acara demo demi demo berikutnya.

Kedua, alasan yang selalu mengasikan alasan satu dengan yang lainnya. Dulu menuding pemerintah, namun meminta pemerintah menjemput. Atau mengatakan tamu kehormatan Raja KSA, kog mendapatkan denda karena tinggal terlalu lama.

Tamu kehormatan, namun rumahnya termasuk sederhana, bukan level tamu agung, kerajaan kaya raya lagi. Lha kalau tamu kog ada denda. Bagaimana ceritanya coba?

Menuding pemerintah memperlakukan dengan kejam dan tidak seharusnya, melarang pulang. Lha kan pergi sendiri, mengapa negara yang dituding. Belum lagi yang lainnya.

Ketiga, perihal kepulangan yang terulang-ulang dan ujungnya prank atau batal berindikasi, bahwa kekosongan tokoh yang sebesar Rizieq di dalam tubuh FPI dan kawan-kawannya. Membakar semangat yang sempat loyo saja sebenarnya. Jauh  untuk meyakini ini adalah berita yang sebenarnya.

Dulu, pernah juga bahkan penerbangannya sudah diketahui dan akan mendarat dan sudah persiapan penyambutan. Mana buktinya?  Sangat wajar dilakukan para bawahannya yang jelas bingung bak ayam kehilangan induknya.

Keempat, keberadaan FPI itu ilegal, namun memang masih banyak tanya mengapa tidak ada aksi nyata untuk itu. Masih saja ugal-ugalan. Benar, demokrasi itu sepanjang masih  omongan belum bisa menjadi kasus hukum, aksi baru menjadi pelanggara n hukum. Namun perusakan demi perusakan yang ada, mosok belum juga menjadi tanda bahwa layak ditegasi, ini artikel lain lebih pas.

Kelima, berkaitan dengan poin di atas, kali ini kata-kata memimpin revolusi, sangat bisa ditafsirkan sebagai makar, kudeta, dan menggulingkan pemerintahan yang sah, pantas kalau KSP menmberikan hak kepada kepolisian untuk menafsirkan itu semua.

Keenam, ini sangat mungkin menjadi kunci bagi kepolisian menangkap begitu mendarat di bandara. Aneh lah ada "pemberontak" datang malah disambut. Berani atau tidak, itu saja.

Ketujuh, kepergian dengan nama terserah mau apa namanya, toh pergi ke luar negeri dengan segala catatan masalah dan potensi pelanggaran hukum. Mau SP3, mau itu kriminalisasi, sepanjang tidak dan belum diselesaikan secara hukum, masih saja melekat ia pergi, kabur, dan sah beberapa pihak mengatakan itu sebagai pelarian.

Kedelapan, propaganda, menuding pemerintah ini dan itu dari luar negeri, dan kini konon menglaim akan memimpin revolusi, lagi-lagi multi tafsir, dan boleh menafsirkan ini sebagai sebuah upaya makar dan sudah mengajak orang untuk melakukan. Yang percaya kalau ini tindakan melawan hukum berhak untuk meminta penegak hukum tegas.

Kesembilan, forum demokrasi itu jelas, pemilu sebagai tonggak pemilihan. Mengapa tidak melalui parpol dan pemilu, hanya teriak-teriak sebagai ini dan itu. Lajulah melalui pemilu dan takar di sana, kapasitas penerimaan msyarakat itu seperti apa.

Kesepuluh, kepulangannya cenderung prank. Bagaimana tidak, ada beberapa hal yang laik dijadikan rujukan.

Satu, ini sudah kesekian kalinya hanya klaim semata. Tidak ada kelajutan dan realisasinya. Relatif akan sama saja, hanya untuk ngeyem-eyemi pendukungnya.

Dua, selalu ketika sedang memanas situasi politik, keberadaan Rizieq dijadikan isu lagi. Ini adalah penyemangat bagi para pengikutnya, mereka kurang berani tanpa adanya Rizieq di tengah-tengah mereka.

Tiga, keadaan lebih buruk dalam aneka demo lebih tenang tanpa ada Rizieq di tanah air. Hal yang wajar jika banyak pihak tidak mengharapkan kepulangannya.

Empat, masalah yang membuat lari itu sangat memukul kredibilitasnya. Jika politis, melawan negara, atau demo itu pahlawan, lha ini soal percakapan mesum. Susah dilepaskan, chat mesum yang melekat. Mau SP3, mau ditutupi dengan konspirasi menjatuhkan, toh sematan cabul tidak pernah mampu dikikis.

Lima, pilihan kata memimpin revolusi ini potensi membawa masalah hukum. Implikasi yang malah membuat posisi Rizieq lebih sulit.

Kepulangan Rizieg menurut saya sangat kecil. Pengulangan lagu lama. Jika pun pulang, layak ditunggu sikap pemerintah dan penegak hukum atas perilakunya selama ini.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun