Pemerintah tidak perlu marah, tidak perlu mengancam, semua bisa dibicarakan. Hiik...hiik kan memang it bicara, bukan bedil yang diarahkan ke muka. Tindakan lebih dari bicara juga tidak ada kog.Â
Lihat mana ada laporan yang mengatakan tindakan aparat di lapangan berlebihan. Relatif tidak ada atau semasif bagaimana Demokrat malah ketahuan sedang menjadi tokoh di balik itu semua.
Apa yang Pak Beye lakukan itu seolah berpantun dengan Pak Jokowi, satunya mengajari bebek berenang, satunya menikmati bebek yang ada di kandang. Hal yang indah sebenarnya jika tanpa kondisi panas seperti ini. Kedua presiden berdialog dengan media yang sangat bagus. Lucu malah.
Pak Beye, selain hak, ada pula kewajiban. Benar demo itu hak, sama juga Wagub Jakarta yang mengatakan tidak bisa menahan kehendak demo, itu hak. Jangan lupa, kewajiban menjaga kesehatan dan hidup bersama jauh lebih gede. Sekali lagi, ini soal pandemi, bukan soal UU atau demo yang perlu menjadi prioritas.
Ini lho maksud mengajari bebek berenang, pemerintah itu menjadi lebih tahu karena perangkat yang dijamin UUD bahkan ada semua demi pemerintah. Tentu bukan pribadi Jokowi, pemerintah, presiden, adanya intelijen, BIN, polisi, tentara, mereka itu dipakai untuk memerintah dan mengatur negara menjadi lebih tertib.
Kekuasaan itu terbatas. Ini lagi seolah nasihat untuk diri sendiri. Bagaimana Pak Beye jauh lebih bersikukuh mempertahankan itu dengan aneka cara. Ini zaman internet, bukan zaman batu.Â
Jadi tidak usah merasa aman jika mengatakan ini dan itu, karena rekaman kemarin, tahun lalu, atau sepuluh tahun lalu, sangat mungkin dalam hitungan detik ketemu sudah berbeda bahkan bertolak belakang.
Semua pemimpin, semua pemerintah, memiliki cara dan fokus masing-masing. Sangat tidak elok sebenarnya, jika pemimpin kog mengajari pemimppin lainnya, dan mirisnya itu bukan yang  sebenarnya sedang terjadi.
Atau memang benar kata ilmu, bahwa orang cenderung berbicara dan mengatakan bawah sadarnya sendiri dan menautkan pada pihak lain? Srimulat biasa bercanda dengan tangan menunjuk, satu ke luar dan empat menuju pada diri sendiri.
Bangsa itu perlu sinergi bukan malah saling bersaing dan menjatuhkan. Biasakan menaikan diri bukan dengan menjatuhkan atau menaiki pihak lain. Negarawan sejati itu  tidak mengaku, namun diakui oleh masyarakatnya.
Saatnya bersama membangun negeri, bukan malah saling mencaci dan menyalahkan pihak lain. Keteladanan  itu penting, bukan semata kata, namun juga perbuatan dan perilaku.