Berkebalikan dengan ET yang terliput media karena trerobosan dan kinerjanya di dalam mengatasi masalah demi masalah di BUMN yang ada. Garuda, Pertamina, dan banyak lagi masalah yang diungkap dan sedang dibenahi karena ngawur dan ugal-ugalannya selama ini.
Ketenaran yang berbeda dengan langkah dan mutu yang lain pula tentunya. Dua point ET memimpin atas Anies. Menjadi anggota secara penuh pada Nasdem. Berbeda dengan Anies yang pasti kesulitan untuk mampu memilih partai mana. Memainkan banyak kaki yang sangat mungkin malah menjadi bumerang. Pilihan yang sama-sama sulit.
Basis massa pendukung cenderung agamis, narasi yang dibangun selama ini juga agamis. Nah ketika memilih partai tentu tidak semudah apa yang ET lakukan. Semisal ia masuk Nasdem, sangat mungkin basis massanya akan hilang. Mereka cenderung fanatis dan buta, susah melihat yang berbeda. Di sini Anies tersandera.
Kaum nasionalis juga sudah ogah dan enggan melihatnya sebagai seorang yang nasionalis lagi. Reputasi dia sebagai seorang nasionalis itu sudah sirna. Pilihan yang memang sempat membuatnya berhasil menjadi gubernur, itu saja.
Jika benar, ingat jika benar demikian, ET masuk Nasdem, berarti lebih memungkinkan ET melaju menjadi bakal calon 24 dibandingkan oleh Anies Baswedan. Tentu saja namanya politik itu cair, dinamis, dan apalagi ala-ala Indonesia, yang segalanya bisa terjadi.
Demokrasi masih latihan, jadi wajar ketika fokus hanya pada pemilihan, setelah terpilih ngaco, ugal-ugalan, ya risiko. Tahun 24 masih cukup lama, tetapi geliat, langkah, dan tapak ke sana sudah dimulai.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H