Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Marketing Jitu Pesugihan Rawa Pening

5 Oktober 2020   21:01 Diperbarui: 5 Oktober 2020   21:03 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Marketing Jitu Pesugihan Rawa Pening

"Hebat, kamu hebat Le, pengikut Yesus memang hebat. Kalau berubah  pikiran, Mbah tunggu di pojok desa. Mbah pamit..."

Pernyataan dan pamitan dari danyang Rawa Pening itu membuatku gamang, galau, cemas, dan sekaligus bahagia. Lha tidak cemas bagaimana? Itu kan dedengkot yang tidak akan mau dan suka ditolak.

Senang karena aku berani menyatakan tidak, pada tawarannya yang sangat menggiurkan itu.

Namun, cemas, khawatir, dan jerih pula dengan reputasi bagaimana yang biasa mendapatkan bantuan dari danyange di sana.

Kisah yang pernah terdengar, ada dua orang yang sama-sama mencari pesugihan di Rawa Pening. Keduanya dijamu atau disuguh ikan goreng. Satu di makan, satunya terlihat itu adalah anaknya. Yang memakan ikan benar hidupnya berubah dan menjadi kaya raya, namun anaknya meninggal tanpa alasan, dan waktunya berdekatan dengan saat memakan ikan.

Si pencari yang melihat tampilan ikan itu anaknya, enggan makan, dan hidupnya biasa-biasa saja, sama dengan waktu sebelumnya. Kondisi ekonomi tetap dan sama saja.

Bagaimana bisa, ia, si penunggu Rawa Pening itu mengatakan, kalau akan memberikan ikan gratis, tanpa syarat. Apa artinya coba dengan pengalaman yang memakan ikan dan mati anaknya itu?

Atau taraf berikutnya ia menawarkan itik, karena ini kesukaanku yang memelihara itik. Diikuti kata sekandang, lha apa tidak lebih ngeri,  kalau sekandang itu adalah, keluarga besarku ikut menjadi korban tumbal pesugihan yang ditawarkan itu?

Rayuannya makin meningkat. Dengan menawarkan kambing, lagi-lagi satuannya adalah satu kandang. Takaran yang luar biasa murah hati bukan?

Kembali penolakan, dan meningkat, makin menggoda, menggiurkan, dan menarik. Sapi. Bagaimana tidak menggoda, lagi-lagi sapi satu kandang. Hitungannya per kandang, bukan lagi ekor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun