Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PKI, Sensinya Soeharto pada Arok-Dedesnya Pram

28 September 2020   21:09 Diperbarui: 28 September 2020   21:09 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Arok-Dedes Pramoedya Ananta Toer

Salah satu karya keren, novel sejarah yang selayaknya menjai bahan bacaan, bukan malah dilarang dan tersembunyi bagi  anak bangsa. Tentu banyak fiksi dan imajinasi penulisnya, toh alur pikir dan kemungkinan terjadi itu sangat besar.

Kudeta oleh Arok dengan dukungan Dedes, dengan tumbal Kebo Ijo dengan keris Mpu Gandring menjadi sebuah kisah dan cerita rakyat yang sangat terkenal.  Historisnya mungkin tidak sedemikian tepat, namun bagaimana gambaran menggunakan orang yang sangat ambisius namun kurang cerdas dan perhitungan, bisa sangat mungkin terjadi.

Ambisi Arok dibahas dengan demikian lugas. Bagaimana orang biasa saja namun bisa masuk pada lingkaran utama Keakuan Tumapel, dan pada akhirnya malah menjadi Akuwu dan mempersunting si permaisuri yang sedang mengandung anak kandung si Akuwu yang  tewas.

Kutukan keris yang belum jadi, peminjaman keris, dan kemudian tudingan kepada si Kebo Ijo yang memang selama ini pamer dan mempertunjukkan bahwa ia "pemilik" keris itu. Ini sangat menarik, mengapa Pram seolah menjadi sasaran tembak oleh penguasa masa lalu itu.

Apakah identik kisah Kebo Ijo dengan PKI?  Atau malah Arok yang mirip dengan yang kemudian mendapatkan  banyak keuntungan dengan keberadaan G-30 S itu?

Semua masih gelap gulita, sumir, dan hanya dugaan, asumsi, dan sepenggal-sepenggal yang konon katanya adalah fakta yang kemudian menggulir bak bola salju. Miris sejatinya, jika negara sebesar ini, hanya menjadi korban propaganda tanpa kejelasan.

Saksi masih banyak yang hidup, segar dalam ingatan mereka, bagaimana sebenarnya yang terjadi. Alangkah baiknya  duduk bersama, saling rendah hati, jangan merasa paling menjadi korban sendirian dan menuding pihak lain sebagai pelaku.

Sama-sama mengakui dengan rendah hati sebagai korban dan pelaku, dan mendapatkan titik temu untuk memperbaiki kehidupan bersama yang lebih baik. Miris, ketika masih saja setiap usai Hari Kemerdekaan, ganti narasi PKI yang berdengung-dengung. Anehnya, setiap presidennya militer kog sepi.

Jangan lagi, Komunis dan ateis menjadi senjata untuk mendeskreditkat pihak lain dan ada bagian lain yang bergembira untuk memperoleh kekuasaan. Hal ini selalu saja terulang dan masih cukup banyak orang yang percaya bak babi buta, berhadapan dengan pihak yang apatis dan masa bodoh dengan sejarah bangsa sendiri.

Negara ini besar, kaya, dan strategis, jangan sampai justru menjadi bumerang yang menghancurkan keberadaannya, hanya karena anak-anaknya berkelahi berebut benar, dan pihaklain datang untuk mengambil keuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun