Mereka lupa, bahwa para guru juga memiliki anak, dan kondisi kadang jauh lebih rumit ketika mereka harus belajar di rumah, orang tua juga mengajar, siapa yang harus mendampingi dan memberikan perhatian coba? Â Semua ini terjadi, karena orang hanya berpikir soal diri, kesulitanku, bukan malah berpikir keluar. Egoisme yang sangat besar ala bangsa ini.
Ironnis sejatinya jika orang berbicara bangsa yang mengagung-agungkan agama, namun sikapnya egois, picik, iri hati, dan tidak pedulian. Mana ada sih agama yang mengajarkan hal demikian? Sama sekali tidak ada.
Ribet sih ketika agama hanya sebatas ritual, hapalan, dan mengedepankan hal-hal yang artifisial, abai apa yang esensial. Keberadaan hati, kepercayaan pada Sang Khalik, masih terlalu jauh dari kebanyakan anak bangsa ini.
Sangat larut kelihatannya aku baru bisa jatuh tertidur. Bangun-bangun hari sudah cukup terang dan badan serasa sangat berat. Tidur dibebani dengan pikiran aneka warna, dan rencana kerja hari ini juga demikian padat. Syukur bahwa aku masih lajang, jadi beban sebagaimana rekan-rekanku yang sudah memiliki momongan jauh lebih mudah disiasati.
Mau mandi dan persiapan untuk kegiatan belajar mengajar rasanya berat banget jadinya. Mengantuk sih tidak, tetapi beban pikiran yang menggelayut, kapan semua berakhir.
Terima kasih dan salam
Susy Haryawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI