Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PSBB Ala Jakarta dan "Pertarungan" Pilpres Belum Usai

12 September 2020   12:17 Diperbarui: 12 September 2020   12:04 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilpres sejatinya mempertemukan dua kontestan dalam pemilu, kubu Jokowi dan Prabowo. Pemenang sahih, legal, dan juga faktual sudah diumumkan. Pelantikan pun sudah dilakukan. Upaya banding dan tuntutan sudah semua. Dagelan demi dagelan tersaji. Toh tidak tahu malu juga.

Kabinet diumumkan presiden terpilih, dan rival utamanya masuk dalam  jajaran kementerian. Semua kudune sudah selesai. Toh masih berkepanjangan. Ini sih konsekuensi negara belum maju benar berdemokrasi. Ya sudahlah, riuh rendah tetap harus dinikmati.

Menjadi jengkel, ketika semua hal menjadi terhenti, atau bahkan mundur hanya karena orang mengaku berdemokrasi, namun tidak berani atau mampu berkompetisi laiknya demokrat sejati. Lihat saja yang ada dalam gerbong KAMI, sama sekali tidak memiliki atau berafiliasi pada partai. Pun mereka juga tidak pernah menjadi pembicaraan publik layak menjadi calon ini dan itu.

Memang, hanya Gatot Nurmantyo yang sempat meneklarasikan diri dengan relawan, toh mereka juga tersingkir dari percaturan politik dengan kendaraan yang ada. Mengapa tidak laku namun merasa lebih dari Sandi misalnya. Atau orang-orang yang merasa sakit hati karena pernah diganti saat jadi menteri.

PSBB dan Dagelan Penanganan Covid

Suka atau tidak, toh kondisi pandemi ini bagi bangsa ini relatif pada jalur yang benar dan memberikan banyak fakta yang menggembirakan. Beberapa indikasi sebagai berikut adalah penting;

Angka penyebaran atau positif tiap hari. Ini masih sangat terbuka untuk diperdebatkan. Toh dulu, puluhan saja heboh, jadi ribuan biasa saja. Artinya orang itu tidak ambil pusing, ketika rumah sakit dan penanganan masih mampu mengurus itu. Semua selesai pada angka di atas kertas. Masalah adalah pemain politik, yang lagi-lagi abai demokrasi. Lha ada limitasi lima tahunan, pas kompetisi ngumpet, di tengah jalan begal, lak koplak.

Angka kesembuhan sangat besar. Artinya, bahwa penanganan selama ini sudah memberikan hasil yang sangat signifikan. Bandingkan DBD dan AIDS yang tetap saja mengerikan angka penyebaran dan kematiannya, toh pada diam, padahal obat dan pengobatan sering terlambat dan ujungnya adalah maaf kematian. Tentu bukan soal tidak simpati pada korban dan keluarga dua penyakit itu. Fakta yang  perlu disadari dan diterima.

Angka kematian yang makin rendah.  Riuh rendah penolakan dan aneh-aneh lainnya makin sepi. Kematian akibat covid bukan lagi hal menarik bagi media. Entah soal uang yang berputar. Mengenai hal itu bisa dalam artikel lain. Tidak dalam ulasan kali ini.

Tiga hal di atas memperlihatkan covid sudah pada jalur yang tepat diatasi dan diselesaikan. Hanya memang ada masalah, para pecundang politik yang malas berkontestasi, namun maunya menang. Persoalan pada titik ini. Agama dengan titik soal juga ujungnya pada para pelaku politik. Memperalat atas nama agama.

Lihat saja yang riuh rendah selama ini siapa dan mengapa. Ujung-ujungnya adalah ganti presiden. Aneh saja sejak pandemi di dunia, hanya RI yang menyerukan ganti presiden. Aneh dan ajaib padahal jika bicara angka, jauh lebih banyak yang lebih buruk dan mengerikan. Toh  mereka tidak ada yang bicara suksesi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun