Politik  Memperolok Diri Ala Demokrat
Beberapa kali Demokrat seolah mau melakukan "serangan' pada pemerintah, namun mentah di tengah jalan. Tentu artikel ini tak hendak mengatakan pemerintah mesti benar dan kritikan bahkan nyinyiran itu pasti salah. Tidak demikian. Namun, bagaimana Demokrat menampilkan permainan politiknya yang sangat lemah dan bahkan serangan pada diri sendiri.
Seolah pantun berbalas oleh mereka sendiri. Satu menyerang, satu memberikan sebuah nasihat, tidak perlu demikian. Ini sih main dua kaki. Aneh dan lucu sebenarnya perilaku mereka ini. Bagaimana tidak, Â ketika mereka menjadi penguasa 10 tahun toh tidak lebih baik. Atau karena malu hal-hal yang terlihat seolah tidak bisa kini dengan relatif mudah tertangani?
Tampaknya hal ini yang lebih kuat untuk memberikan sebuah kemungkinan faktual perilaku politis mereka. Lucu saja sebenarnya. mereka itu tahu persis karena pernah memerintah selama 10 tahun dengan capaian yang sama-sama diketahui publik juga paham. Jangan lupa ini era sangat terbuka, atas nama demokrasi bisa apa saja. Informasi dengan sangat mudah dan juga murah bisa ditemukan dan diakses.
Era sudah bukan lagi otoriter semua dalam kendali pemerintah seperti perode kegelapan lalu. Mau klaim seperti apa, dengan mudah, cepat dan akurat pembanding sudah diketemukan. Contoh soal pernyataan Ibas yang mengatakan dulu, era si babe, ekonomi meroket. Tidak perlu lama jawaban dari warganet terutama sudah membanjiri lini massa media sosial.
Perbandingan dengan era sebelumnya, bahkan dengan luar negeri. Sangat wajar, klaim yang dengan mudah terbantahkan. Nah tidak heran, dalam jangka waktu yang belum begitu lama, Pak Beye turun gelanggang dan mengatakan, jangan menyalahkan Pak Jokowi. Lha lha....ha..ha..
Layak melihat dua hal untuk membahas judul di atas. Satu sudah diulas pernyataan Ibas yang dengan cepat seolah diralat SBY. Kedua, mengenai komentar pakaian adat yang dikenakan Jokowi saat HUT Kemerdekaan. Aneh dan lucu, ketika kader Demokrat malah mengngkit bahwa daerah yang pakaian adatnya dipakai Jokowi adalah daerah terkorup. Patut dilihat lebih  jauh adalah,
Mau mendeskreditkan dan merongrong keberadaan pemerintah. Namun sayang, apa yang disoroti adalah masalah korupsi. Mengapa itu adalah blunder?
Pertama, memangnya korupsi hanya terjadi di era Jokowi? Apakah lupa siapa saja yang masuk bui ketika Demokrat memerintah? Baru juga Nazarudin lepas. Artinya mereka menepuk air di dulang, terpecik muka sendiri. Masalah korupsi memang memrihatinkan, namun dengan mengusik soal korupsi, bisa dimaknai seolah maling berdasi ini hanya kali ini terjadi.
Kedua, nah kebetulan atau lupa, yang memerintah di sana rekan partai sendiri. Ini jauh lebih parah. Bagaimana bisa mereka menuding pihak lain, namun malah mengarah pada diri sendiri. Akan berbeda jika menggunakan soal penegakan hukum atas perilaku intoleransi.
Contoh, bagaimana mereka sukses memenjarakan Rizieq dua kali. Aneh dan lucunya mereka malah tidak pernah menggunakan kebanggaan ini. Atau  hanya permainan semata? Jadi bertanya-tanya saja mengapa memenjarakan Rizieq dua kali tidak menjadi sebuah kebanggaan, di depan Jokowi dan jajarannya yang seolah tidak berdaya?