Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Putihnya Cintamu Seputih Jubahku

20 Juli 2020   12:39 Diperbarui: 20 Juli 2020   12:32 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mendengar hal demikian biasanya kami  belajar untuk tidak menertawakan namun menjadi peringatan agar kami hati-hati. Aku tahu, kami masing-masing saling suka, namun entah mengapa kami saling diam dan tidak mengungkapkan lebih dari biasa. 

Jalan, kadang kalau ada uang lebih, kami bisa nonton film, makan di warung kesenangan kami, atau saling traktir siapa yang lagi ada uang lebih. Kami juga tidak ribut kalau salah satu di antara kami jalan atau ngobrol dengan rekan lawan jenis. Kadang ada yang gak enak juga sih di dada ini.

Sore ini kami janjian mau cari buku bacaan dan komik kesukaannya. Di toko, kami ketemu Dany, si kapten basket.  Semua juga tahu ia naksir berat Angie. Cuma Angienya adem ayem saja. Dia malah gandeng tanganku sok mesra, baru tahu ini alasannya, tadi mau tanya pasti aku diamuknya. 

Memang cowok idaman gadis-gadis itu belum lihat, karena asyik di rak film. Aku tahu Dany berkali-kali ngajak jalan Angie, jawabannya selalu sama saja. Aku yakin juga ia pasti sering japri via hape, dan gak akan ada jawaban satu kali pun.  Paling-paling akan dia kirimkan ke aku, dan aku jawab dengan emoji  senyum saja.

Bella, yang begitu ke aku, aku jawab dengan alasan yang sama, sibuk. Paling tidak aku jawab, atau aku katakan lain kali. Gak tega mau kirim ke Angie atau diam saja. Aku tidak setega Angie ke Dany. Beda memang. Apalagi menjadikannya bahan guyon. Angie tahu juga kan Bella sering minta bantu Angie, dia jawab gampang, bisa diatur, hanya itu, dan tidak pernah dilakukan, paling becada, tuh diajak jalan cewek u.

Pantas saja sejak tadi ia gandeng tanganku, mau aku godain khawatir dia teriak dan malah nyadarkan Dany yang selalu buruk sikapnya kalau tahu Angie dekat aku. Aku juga gak mau disalahkan, nyatanya dia usaha aku juga diam saja kog. 

Syukur dia ahli sport yang sportif, Tidak malah suka olah raga namun tidak bisa memiliki jiwa sportif. Jeles dibesarin. Badan gede jiwa kecil. Sayang malah makin buat enek si Angie anak blak-blakan dan jujur begitu. 

Aku sengaja lewatin rak film, mau tahu apa yang mau mereka lakukan. Eh Angie malah meluk pinggangku dan sengaja menabrak dari samping Dany. Duuh hampir pasti ini akan ada muka masam dan perang dingin makin kentara. Syukurnya tidak pernah sih sampai ngajak berantem atau usil yang buruk lainnya.

"Gab, kamu gimana sih, mainin aku ya? Katanya enggak-enggak? Kemarin itu apa?" celetuk Dany dengan tegas. Aku tahu, ia jengkel, hanya saja ya begitu, tanya baik-baik, bete sih ya segitu. Toh kami juga bersahabat kog. Kami bertiga, aku, Dhani, dan Angie berkawan karib. Dia juga pribadi yang sportif, tidak akan berani dia menghianati hobbynya. 

Pak Yus juga akan marah besar jika kapten basket, ketua ekstra kurikuler basket putra, bahkan koordinator ekskul olah raga di bawah bimbingan beliau berlaku buruk dengan berkelahi misalnya karena lawan jenis. Aku juga tahu dia jengkel pasti, tetapi tidak bisa juga memaksakan apa yang harus Angie lakukan.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun