Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Genitnya Oposan Menanggapi Reshuffle Kabinet

3 Juli 2020   18:50 Diperbarui: 3 Juli 2020   18:51 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lima, sudah pengalaman bagaimana SBY kewalahan menghadapi perilaku kasar ala PKS di dalam kabinet namun juga menjadi oposan lebih galak dari PDI-P kala itu. Sangat tidak layak masuk rekomendasi masuk kabinet.

PAN.

Lucu lagi ini, setali tiga uang dengan PKS, main dua kaki dalam banyak kesempatan. Periode lalu dengan licik atay cerdik, bisa mengirim satu wakil di kabinet namun juga dapat kursi pimpinan di DPR dan MPR. Sangat mungkin Zulhas akan mengulang hal yang sama. Apalagi kini sang besan yang seolah menjadi batu sandungan untuk mendekat pada Jokowi sudah terpental.

Mantu Zulhas dan anak Amien Rais menyatakan kesiapannya masuk menjadi salah satu menteri. Pertanyaannya adalah, kapasitas dan pengalaman apa untuk menjadi menteri? Sangat riskan dengan model PAN yang demikian, apalagi orang tidak cukup pengalaman.

Sama sekali tidak cukup alasan membawa PAN masuk kabinet, dengan kemungkinan makin hancur, ketika loyalis Amien Rais berdiri sendiri. Mumtaz belum cukup memiliki jaringan dan juga kecakapan untuk menjadi seorang menteri. Masih terlalu hijau dalam banyak hal, pengalaman dalam memimpin pun masih meragukan.

Berbeda jika Soetrisno Bachir yang masuk. Ini soal soliditas di dalam kabinet saja. Toh sangat tidakefektif dengan koalisi tambun. Tidak perlu menambah rekan koalisi kalau malah memecah keadaan yang sudah relatif baik. Masalah baru bukan mengurangi persoalan, tentu penting.

Demokrat

Tidak ada pernyataan lugas soal ini, tetapi melihat perilaku ugal-ugalan Demokrat dalam banyak isu, terutama pandemi, lebih baik tidak usah. Biar saja ribut di luar. Toh kontribusi mereka sebagai pemimpin saja nol, apalagi ikut dalam gerbong.

Paling-aling juga AHY kalau ditawarkan masuk kabinet, itu juga masih meragukan kapasitasnya. Jadi lebih baik tidak usah. Posisi sejak awal berseberangan, buat apa coba disatukan.

Pada lain kasus, sama juga memelihara anak macan untuk pilpres 2024. Menyiapkan karpet merah dan itu merugikan partai lain yang berjuang mati-matian dalam pilpres 2019 kemarin. Sangat tidak adil bagi PDI-P atau Golkar, tanpa mengecilkan PKB, Nasdem, atau partai lain. Kemungkinan ada pada dua partai ini yang bisa berbicara lebih banyak. Kader dan suara yang cukup signifikan. Tentu bersama Gerindra.

Jika benar mau mengadakan reshuffle jauh lebih baik malah memasukan dari profesional untuk mengisi pos-pos yang memang harus profesional. Susah mengharapkan orang parpol bisa bekerja dengan lepas kepentingan. Tentu bukan antiparpol, namun sangat berat kinerja orang parpol selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun