Benarkah Kangmas Jokowi  Cupir Pesta Ical?
Arief Puyuono kembali berulah, ia mengatakan jika kasus Jiwasraya adalah perilaku "berpesta" Abu Rizal Bakrie dan Kangmas Jokowi bagian cupir atau cuci piring. Dulu, ketika hidup dalam asrama, bagian cupir pas pesta, bisa tahun baru atau pesta lainnya itu paling berat. Tidur paling lambat karena harus benah dulu. Yang dicuci juga lebih banyak.
Dua, tiga istilah yang lucu dan  menggelikan dipilih Puyuono. Itu bisa membuat panas dan berang pihak-pihak yang biasanya barengan dan kini berseberangan dan bahkan kena sengat.
Pertama, panggilan kangmas. Ada unsur dekat, intim, akrab, penghormatan lebih dan hangat. Tidak hanya mas, namun kangmas. Penghormatan spesial, padahal kan pada kubu lawan selama ini. malah memilih kata yang membuat panas sesamanya. Usai menyerang kadrun dengan kata kangmas juga. Ini pengulangan, jelas ada maksud.
Mas saja sudah membuat panas, ini malah kangmas. Upaya yang membuat mendidih, bagaimana kemarahan Habiburohman soal kadrun dan PKI kemarin, toh menguap. Makanya ia berani mengulang dengann konteks yang berbeda.
Cuci piring, hal yang sangat umum sih, bagaimana pemimpin yang meneruskan kepemimpinan yang gagal itu diistilahkan cuci piring usai pesta. Toh tidak cukup sering, memang pernah dikatakan. Memilih hal yang cukup keras dan sadis juga sih. Bagaimana pemimpin yang bertugas untuk menanggung atas perbuatan pihak lain.
Pesta, jelas mau menggambarkan bagaiamana perilaku masa lalu yang gemar melakukan apa saja demi kepentingan diri, kelompok, dan mereka sendiri. Negara hanya menjadi panggung untuk mengeruk apa saja yang bisa diambil.
Mengapa Ical? Konteks JS ya memang nama ini yang ada kaitan. Toh ada pihak lain. cerdik pemilihan Puyuono menyoal Abu Rizal. Ada pihak lain yang sudah sejak awal disentil. Mengelak, dan tentu ribut. Mengapa Abu Rizal.
Pertama, Abu Rizal sasaran cukup telak dengan hal ini. Rekaman masa lalu satu demi dibuka. Keterkaitan sangat mungkin ada. Kasus ini bukan hanya satu-satunya. Puyuono tentu tidak mau gegabah untuk sekadar menuding.
Kedua, SBY dan Demokrat yang juga banyak disebut, Puyuono tidak sentil. Menjaga karena ia pernah "bertikai" soal AHY sekelas dandim. Pun, posisi Demokrat dalam pusaran Jiwasraya sudah banyak dikupas tuntas. Tentu tidak menguntungkan bagi perpolitikan Puyuono dan partainya.
Ketiga, jaringan Abu Rizal tidak sekuat pihak lain. Lihat saja selama ini tidak ada bantuan oleh Golkar sebagai partai yang pernah di dalam kendali Ical. Hanya pihak-pihak tertentu yang ditengarai ada kaitan dengan Ical. Toh hanya desas-desus, tanpa ada tindakan lanjutan. Beda jika menyebut nama lain. Pengikut dan  pembela mereka jauh lebih militan dan mengerikan.