Kesadaran menjadikan pasangan itu akan mengantar masa depan dunia, anak-anak itu perlu untuk menjadi pemahaman. Mereka tidak sekadar membesarkan anak-anak, namun juga mendidik, mengarahkan, mengajar, dan juga merawat mereka dengan kasih sayang.
Kadang masalahnya adalah orang tua itu mendidik anak dengan cara identik dengan apa yang mereka terima semata. Lebih parah ketika era modern ini ada semboyan, pokoke meneng. Anak asal diam, tidak rewel, tidak ribet itu prestasi,
Akibatnya adalah anak menjadi ugal-ugalan, urakan, tidak kenal mana baik dan salah, mana baik dan buruk, karena memang tidak diajar. Pengajarnya smarphone, sejak dini anak main dan menonton games tanpa kenal waktu. Mengapa? Karena pokoknya anaknya diam, orang tua bisa melakukan apa saja.
Padahal belum tentu pendidikan itu menyenangkan anak, membuat anak nyaman dan selalu tenang. Kadang perlu juga tindakan tegas, disiplin juga perlu pendekatan yang pasti akan membuat anak meradang. Itu kesulitan yang memang konsekuensi dari orang tua dalam mendidik. Cenderung tidak enak yang namanya pendidikan dan proses belajar apalagi hidup itu.
Kesiapan ini yang sangat lemah ada dalam benak para pasutri. Padahal tidak sesederhana itu di dalam membangun perkawinan. Tanggung jawab besar, bukan semata beranak dan membesarkan anak. Anak itu masa depan dunia perlu banyak bekal. Makan relatif gampang, namun bagaimana mendidik mereka menjadi manusia berkualitas, berdaya guna, mampu bersaing dengan sehat, dan juga cerdas secara berimbang.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H