Pilihan sulit juga, coba jika Gerindra masih di luar pemerintahan. Keadaan pandemi dengan narasi oposan seperti selama ini tambah riuh tak berguna. Identik dengan prapengumuman, dan menjelang pengumuman kabinet. Negara tegang, kekacauan demi kekacauan timbul, dan itu jelas merugikan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Apa yang terjadi itu pembelajaran bersama. Kedewasaan menjadi kaca kunci yang penting. Demokrasi membawa konsekuensi dan nilai-nilai yang harus dijadikan rujukan bersama. Jangan hanya berbicara pemilu ketika mengatakan demokrasi, namun juga menerima keadaan pemerintah, pilihan politik dan keadaan yang akan banyak kompromi.
Warga itu masih sentimentil, melo, dan mengangankan negara yang ideal, semua profesional, dan seolah bim salabim selesai dengan baik. Ekonomi kuat, negara aman, dan rakyat bebas sesukanya, pejabat juga diam tanpa ada riak dan gejolak berarti.
Jangan lupa puluhan tahun tatana  hidup  bersama itu kacau balau. Memang bisa kini parpol untuk menyingkir dan hanya profesional yang menjadi menteri dan kabinet? Susah. Kenyataannya profesional pun tidak kalah ngaconya dengan politikus. Ini keadaan yang harus dihadapi dan diterima.
Masih perlu proses untuk menjadi negara yang lebih ideal. Toh warga juga belajar, pemerintah, partai politik pun perlu bebenah untuk menuju keadaan itu. Siapa yang negara dan bangsa ini maju, modern, dan disegani sih? Semua mau dan tentu saja perlu waktu untuk itu. Menuju ke sana itu kserja keras bukan hanya gede omong dan bisa terjadi demikian.
Kondisi-kondisi tidak ideal harus diterima dulu dengan rela hati. Pembenahan di sana sini perlu dan segera dilakukan. Gejolak diminimalisasi demi  capaian itu. sangat susah karena kekacauan demi kekacauan itu tercipta karena banyaknya kepentingan yang harus diubah.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H