Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Soal Tuntutan Jaksa, Novel Molitik?

14 Juni 2020   10:09 Diperbarui: 14 Juni 2020   10:13 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal Jaksa, Novel Molitik?

Tuntutan jaksa pada terdakwa penyiram air keras pada penyidik KPK memang aneh. Seaneh juga tiba-tiba tertangkap dengan sepele, pengakuan juga sesederhana dan seaneh itu. Ulasan kali ini bukan hendak membahas persoalan keanehan ini dan itu, atau dugaan atau konspirasi apalah-apalah. Hanya mau melihat reaksi Novel Baswedan atas tuntutan pada terdakwa.

Ada beberapa hal yang layak untuk bahan amatan lebih dalam dengan peristiwa itu,

Pertama, bagaimana sekarang orang riuh rendah soal tuntutan itu. Iya, sepakat terlalu rendah jika berkaitan dengan derita korban. Entah apakah sudah sesuai dengan norma hukum yang ada soal penganiayaan, toh tidak itu yang mau lihat dalam artikel ini.

Kedua, pernyataan Jokowi sebagai ujung atas tuntutan ini, serasa berlebihan. Mengapa? Ini berkaitan pada point berikutnya.

Ketiga, posisi Jokowi sebagai eksekutif, berbeda kamar dengan peran yudikatif. Malah bisa berabeh jika menanggapi hal ini. Toh berbeda ketika Jokowi langsung mengirim korban ke Singapura. Jelas tidak ada salah kamar atau intervensi apapun dengan itu.

Keempat, benar bahwa presiden adalah panglima perbaikan seluruh komponen bangsa yang perlu dibenahi. Nah tentu Novel Baswedan juga tahu, bagaimana susahnya perbaikan di mana-mana. Lumayan kejaksaan sudah membenahi diri dari pada kehakiman.

Mosok penyidik KPK lupa bagaimana mereka mendapatkan pertentangan dari kepolisian hingga ada cicak dan buaya. Sama saja jika presiden akan membenahi lembaga atau organisasi juga akan mendapatkan penolakan. Sangat wajar orang akan menilai apa yang ada itu baik-baik saja. Janganlah naif melihat persoalan. Seolah hitam putih saja.

Kelima, lucu atau maaf naif, apakah Novel Baswedan juga berekasi seperti ini, ketika kejaksaan atau jaksa menuntut tidak sesuai ekspektasi, soal korupsi misalnya? Kog sepertinya tidak pernah. Jika sebagai penyidik tidak patut, toh sebagai pribadi bisa. Ini nyatanya ketika untuk dirinya bisa juga.

Keenam, cenderung politis, bukan penegakan hukum. Ia berkali-kali mengatakan banyak hal, toh tidak ia buktikan di peradilan. Hanya di depan media. Ada apa?

Ketujuh, apa yang terjadi justru cenderung memperlihatkan perilaku kelompok yang merasa selalu benar, diperlakukan tidak adil, dan merasa pihak lain pasti salah namun tidak juga memberikan bukti kesalahannya.

Kedelapan, belajar dari kisah yang identik, ketika Tama S Langkun dibacok, Presiden SBY mengatakan seminggu pelaku sudah diungkap. Lha sampai sekarang, tahunan, tidak ada kejelasan. Kog tidak ada pernyataan SBY reformasi polisi, atau kejaksaan, atau lainnya.

Lumayan kan ini sudah ditangkap, sudah diadili, meskipun banyak kecurigaan, termasuk tuntutan. Mengapa Jokowi juga masih dibawa-bawa, ketika SBY dengan kondisi yang lebih buruk tidak ada yang menggugat?

Kesembilan, benar Jokowi tidak sempurna dan banyak kekurangan, toh tidak adil juga, jika semua-mua salah dan peran Jokowi dan kemudian menarasikan dirinya korban. Kog pas dibeayain tidak mengucapkan terima kasih dengan cara publik? Ada apa?

Kesepuluh. Boleh dong jika mengatakan Jokowi perlu maju untuk membenahi kejaksaan, permintaan yang sama untuk juga membenahi KPK. Seolah kerja orang lain salah terus, dan kerja sendiri benar terus, paling tidak, mengapa sekian lama tidak beralih peran dan tugas?

Ayo Pak Jokowi selesaikan semua kekacauan negeri ini, kan periode kedua tidak lagi ada beban. Saatnya bebersih dan selesaikan masalah demi masalah yang ada. Jika KPK salah ya benahi biar lebih baik. Kejaksaan sudah memberikan perubahan yang cukup baik ketika mengurus kasus Jiwasraya. Waktunya membenahi KPK dan penegak hukum lainnya.

Siap tidak menjadi salah satu bagian yang dibenahi, jangan nanti mengatakan pemerintah otoriter, intervensi saat dilakukan pembenahan. Kadang perbaikan itu menyakitkan, dan obat memang pahit, tidak ada obat yang enak.

Ingat beberapa bulan yang lalu seperti apa reaksi KPK dengan jajarannya ketika mau ada perubahan. Eh kini menyorot pihak lain, ketika kepentingannya terusik. Bagus sih gagasannya. Bisa jadi sebuah bola salju untuk bebersih semua lembaga dan organisasi, sehingga tidak ada lagi yang merasa lebih datu sama lain.

Bangsa ini terlalu besar hanya untuk mengakomodasi satu pribadi, kelompok, atau organisasi. Kekacauan demi kekacauan tercipta karena pemaksaan kehendak satu dua pihak untuk merasa diri lebih dari yang lain.

Keadaan yang bagus untuk pembenahan di semua lini kehidupan berbangsa. Asal berani jujur mengakui kekurangan. Reflektif, berani mengevaluasi ke dalam, ketika keluar sudah lantang dinyatakan. Jangan malah kemudian hanya menyatakan dan menuding pihak lain buruk dan dirinya atau organisasinya pasti benar dan baik.

Kebanggaan atas pribadi dan korp itu baik, tetapi bahwa ada anggota lembaga yang salah itu pasti dan di sanalah kesalahan selama ini. Merasa organisasi atau lembaganya yang disasar, padahal adalah orang yang salah.

Melindungi diri dengan menggunakan organisasi dan kelompok itu soal yang perlu disadari dan selama ini kekacauan salah satunya model ini. Orang tidak ada yang sempurna bisa salah, korp tidak salah, namun dikelola orang ya bisa saja salah. Ini yang perlu disadari, dan kecenderungan memang melindungi diri di balik jubah megah korp, lembaga, atau organisasi.

Terima kasih dan salam

Susyharyawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun