Jangan sampai lho besok panjenengan kena tulah karena kebak sundukane, dan masuk got pas gotong panci, ealah panci maning, maksudnya pas nggotong laptop, kan kawara bidang digital ya, wong bisa bedakan mana Luna Maya telanjang asli dan bukan oq. Itu huebat tenan. Malah terperosok pada panci, eladalah.
Kritik itu bukan nyinyir Den Mas Roy, contoh, Pak Jokowi, contoh tuh Bali dan Yogyakarta yang bisa memberikan harapan menangapi maling panci, eh copid dengan relatif baik. Jelas perilaku, parameter, dan penanganan dari pemda dan warganya. Jangan nyonto Jakarta, misalnya, itu kritik dan contoh solusi. Eh malah mengulik ucapan selamat saja babak bundas oleh ahlinya.
Yo itu namanya karma, ketika nyinyir dibalas nyinyir, jangan katakan pembunuhan karakter, itu namanya ngundhuh wohing pakarti, lha Pak Jokowi tidak pernah upload saja mbok beri terus kog. Saatnya panjenengan download pakarti sampeyan sendiri.
Nyinyir berbalas nyinyir memang brisik, melelahkan, dan itu ya harus dihadapi, lha mau apa lagi, ketika memang elitnya masih mbocahi, warganya yo bersikap yang sama to ya. Kan aneh, ketika Roy Suryo sebagai elit maunya  nyinyir dan warga harus respek, menghormati, dan manggut-manggut menyaksikan itu.
Kalau Roy Suryo menglaim ini adalah pembunuhan karakter, njuk Pak Jokowi gak boleh menuding Roy Suryo kena karma begitu? Untung Pak Jokowi itu fokus kerja, gak ada waktu untuk ngurusi bokep dan panci, ealah panci maning, kamsudnya oposan koplak begitu.
Uenak e yo rek nek orang main dua kaki ngene ki. Ketika melakukan nyinyiran diaku sebagai kritik, pas dianya kena sasaran kritik alias nyinyiran mengaku sebagai pembunuhan karakter. Lha mbok ngilo, bagaimana yang tidak kau sukai jangan kau lakukan, sederhana bae hidup itu, ya Panci, eh Pk Roy Suryo.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H