Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mau Menikahi Kaum Berjubah, Baca Ini Dulu

23 Mei 2020   11:21 Diperbarui: 23 Mei 2020   11:22 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pula makan dengan bel, sama dengan di komunitas, memanggil banyak orang dari mana-mana untuk berkumpul dan makan, bel adalah sarana. Lha ketika dalam rumah, hanya empat atau lima, dan besar rumah juga paling gede 100 m2 kan lucu. Model-model demikian sangat mungkin terjadi.

Keenam, kondisi dan alasan keluar itu beraneka ragam, nah ketika kemudian menikah, belum tentu sudah selesai dengan alasan keluarnya. Masalah di sana, jika tidak disadari. Salah satu guru dalam pendidikan di seminari saja mengatakan, kalau seminaris keluar pasti karena kesrimpet jarit, karena tergoda kain atau tergoda lawan jenis. Ini guru yang tahu banyak  tentang pendidikan seminari, tetapi bisa bicara demikian.

Jangan kaget, jika desas-desus umat itu sangat kejam. Apalagi jika menikah dengan pastor atau mantan pastor. Pandangan minir ini sedikit banyak akan mempengaruhi. Ketika baru sih masih tebal kuping dan masing bangga, ketika sudah tahunan, apa bisa sama? Mana ada yang mau tahu alasan mengapa menikah atau pasangannya itu keluar.

Ketujuh. Asyik dengan hobi. Hal yang dibangun sebagai salah satu sarana membangun jiwa selibat. Nah ketika hobi ini terbentuk, bisa-bisa sangat menyita waktu dan perhatian. Jika ketidaksiapan dari pasangan menerima ini, bisa berujung berabe. Jangan percaya jika cinta mengubah keadaan. Itusih abg.

Kedelapan. Komunikasi. Ini penting, wong ar kaum berjubah tahu katekese persiapan perkawinan kog. Mereka ternyata tahu namun tidak paham dan atau tidak mau tahu, di mana komunikasi dalam rumah tangga itu penting. Kembali poin awal bahwa memang dalam pendidikan diarahkan untuk hidup sendiri, bukan dipersiapkan untuk berkeluarga.

Tentu uraian ini dibuat bukan untuk menakut-nakuti, namun memberikan gambaran umum, pernikahan sekian lama dengan kaum berjubah itu akan seperti itu. Nyaman,  enak, tenang, dan mendapatkan banyak hal yang tidak didapat dari pemuda lain, nah ketika sudah berjalan tahunan apakah masih sama?

Apa yang terjadi dan tertulis itu berlaku umum, tidak dalam bentuk baku dan kaku serta pasti demikian. Tetap saja  ada hal yang sangat khusus membedakan satu relasi dengan relasi lain.  Saling pengertian menjadi sebuah tawaran solusi.

Ini pengalaman sebagian besar di luar diri, nah bagi kaum berjubah atau bekas berjubah atau pasangannya tentu lebih paham. Di Kompasiana banyak koq yang pernah berjubah, bisa menanggapinya.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun