Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[Humor] Menantang Ketangguhan Laki-laki di Tengah Pandemi

22 Mei 2020   09:58 Diperbarui: 22 Mei 2020   09:50 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Menantang Ketangguhan Laki-laki di Tengah Pandemi

Sejatinya sangat lama ada gagasan ini, hanya soal bagaimana mau menuangkan dalam tulisan baru menemukan cara yang pas. Awal-awal keputusan WFH, muncul meme istri sambil cincing daster mengejar suaminya sambil bawa pentungan  untuk kerja. Eh di luar gantian dikejar Pol PP dengan pentungan pula.

Ada lagi meme, ibu muda bersender di sofa dengan daster dan wajah kucul. Narasi yang mengikuti, WFH, sekali buka laptop, enam kali buka daster. Lha emang bisa? Kala itu belum menemukan bagaimana pengakuan demi pengakuan, sulit menjadi fakta buka daster. Mengapa? Sabar dulu.

Gembong narkoba Columbia, pernah membakar uang kertas bernilai jutaan dollar demi menghangatkan puterinya yang terkena hipotermia dalam pelarian mereka ke hutan di daerah pegunungan. Konteks bertolak belakang, namun bahwa itu karena dan demi anak semua dilakukan. Hal yang sama terjadi ketika pandemi ini. Rengekan anak akan membuat kelelaki-lakian letoy, yakin seribu persen, tidak akan dengan mudah buka daster, ketika beras tidak ada.

Dua meme itu kog semata olok-olok, bagaimana dan siapa pelakunya kira-kira dua kelompok besar ini. Pertama, yang dulunya berpikir WFH enak, bisa santai, bebas, dan apapun bisa dilakukan, eh ternyata tidak. Jadilah kreatif untuk mengolok diri dan kaumnya yang jauh tersiksa. Mau membuka daster bagaimana ketika melihat bini mencureng karena uang menipis, gas habis, dan suami tidak jelas memberikan harapan pemasukan.

Gambaran yang tidak terjadi iniseolah menjadi pelipur lara, memanas-manasi rekannya yang sejatinya sama merananya. Baguslah memperolok diri dari pada mengutuk sana-sini. Kalangan yang tidak pasti gajinya. Nah berbeda dengan kelas menengah dan ASN yang terjamin. Namun apa mudah membuka daster?

Tidak juga, ini pengakuan rekan Kner, tidak perlu namanya disebut, kasihan, lama dia tidak lagi menulis, ternyata ia kehabisan energi dan waktu karena anaknya yang TK dan SD bejibun tugasnya. Ini jelas mewakili jawaban bagaimana repotnya orang dengan kondisi ini. Uang mungkin aman, tetapi waktu dan anak. Lagi-lagi  tidak terbukti mudahnya membuka daster di tengah WFH. Rengekan anak bukan soal jajan tetapi soal tugas atau malah bosan di rumah.

Susah meyakini mampu leluasa membuka daster dengan kondisi seperti itu. Olok-olokan di tengah kondisi yang ngenes lahirlah karya-karya kreatif. Konon dalam sebuah pemberitaan ada kehamilan 400 rb di masa pandemi ini. Kehamilan bagi keluarga  awal, pernikahan baru, atau anak masih sangat kecil, gaji mapan, dan tidak banyak kekhawatiran memang sangat mungkin. Toh itu tidak banyak.

Susahnya jadi laki-laki. Hari-hari ini pasti nangis darah. Lebaran uang tidak cukup untuk semua kebutuhan, dan makan minum tetap harus dijamin. Apalagi bagi yang tidak mendapatkan bantuan, padahal secara langsung terdampak dari keadaan ini. Jangan diangggap sepele cukup banyak  kondisi demikian terjadi. Entah apapun alasannya.

Mereka pasti akan malu mengeluh, jatuh harga diri, tetapi fakta memang demikian. Tidak bisa disangkal. Curhat kepada teman  kondisi sama, palingan diledek kalau takut sama bini, lebih nyesek lagi. Bener candaan soal laki-laki, kecil dimarahin mak, gede dikit dibully dan dimarahi guru, dewasa dimarahi bos, tua dimarahi anak cucu, mati dimarahi malaikat.

Keluar rumah tidak tahu mau melakukan apa, banyak yang terdampak langsung jelas tidak bisa ngapa-ngapain. Di rumah melihat bini hanya cemberut, anak-anak pun suntuk dengan berbagai alasan. Eh di luar dikira tidak taat aturan. Simalakama, benar pentungan ada di luar dan dalam. apalagi laki-laki, lha intelijen saja tidak tahu kapan covid datang.

Di rumah hanya menemui keadaan yang begitu-begitu saja. Di luar bisa terkena corona. Nah lagi-lagi serba salah laki-laki di depan pandemi. Apa yang didapat di luar coba, kalau keadaan seperti ini. di rumah apalagi. Tidak semua sih, dominan, apalagi yang memang tidak sempat menabung dengan berbagai alasan dan keadaannya.

Jika tetap keluar dan terkena covit, kemudian menularkannya di tengah keluarga, orang tidak akan melihat mengapa ia masih keluar, tidak akan ingat pentungan istri yang mengejar untuk tetap bekerja. Pokoke laki-laki yang membawa virus ke rumah. Cilaka 13 bukan?

Ini jelas hanya amatan dari luar, dengan beberapa narasumber langsung ataupun asumsi. Benar dan salahnya akan terlihat dari komentar. Tetapi mengenai kehabisan energi bagi seorang guru itu valid, ada di salah satu percakapan media sosial yang masih bisa dibaca dengan gamblang.

Tentu bukan pula kampanye untuk hidup melajang, ketika kemarin ada rekan lajang pula yang datang dan becanda, bersyukur ketika keadaan demikian tidak menjadi tambah rumit karena pilihan sendiri. Tidak bisa membayangkan keadaan demikian harus menghadapinya piye dan seperti apa...

Apakah benar, separo benar, tetapi pasti tidak akan salah, itu nanti terlihat dari komentar-komentar yang hadir. Kadang orang baru kepikiran ketika membaca, oh iya ini yang aku alami, atau ah bener juga kemarin-kemarin tidak kepikiran.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun