Tahu diri. Lha kalau kapasitasnya masih level sekolah dasar mosok mau menyelesaikan strata dua kan tidak mungkin. Dengan demikian bisa menakar diri menulis seperti apa. Hal ini bukan kemudian menjadikan diri berkecil hati, tapi jalani sesuai dengan kapasitas diri. Pilihan demikian akan membuat tulisan menjadi enak, bukan bosan dan biasa-biasa saja.
Mencapai tulisan yang berkarakter khas, tanpa melihat penulisnya sudah tahu itu perlu jam terbang. Akun-akun lama mengenai penulis lain yang menggunakan akun lain karena kesamaan dalam tulisannya. Gaya khas yang tidak akan bisa dihilangkan sama sekali. Bisa membolak balikan kata dan kalimat, tetapi gaya menulis tidak akan pernah.
Mengidolakan penulis atau Kner lain boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai itu malah membuat tidak berkembang. Lucu dan aneh, kalau orang suka menulis kog memirip-miripkan penulis lain meskipun itu idolanya. Memang akan terbawa dalam tulisan seperti apa si idola. Tidak salah dan sah-sah saja, namun jika gagal bisa frustasi.
Realistis. Tidak usah muluk-muluk dengan target, benar bahwa itu membantu. Misalnya bulan ke sepuluh sudah harus sekian tulisan, itu mungkin. Kalau harus HL atau hlt sekian, bisa frustasi. Ini meruntuhkan semangat. Atau target pembaca, susah. Itu melibatkan faktor luar yang tidak bisa kita kendalikan.
Semua penulis dan tulisan memiliki dinamikanya masing-masing. Tidak perlu membandingkan diri dengan rekan, jika demikian, bisa tidak jadi menulis. Tekun, setia, dan tidak kenal menyerah, itu penting.
Jadilah diri sendiri, bukan kata orang. Membekali diri dengan penuh keyakinan dan memberikan yang terbaik, bukan asal-asalan.
Terima kasih dan salam
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H