Jangan Takut Menulis di Kompasiana
Beberapa teman menghubungi secara pribadi melalui media percakapan. Mbah aku kog belum kebagian HL, atau Mbah artikel pilihanku belum nambah, ada pula, waduh kapan bisa centang biru ya, ada lain lagi menyatakan, makin takut menulis di Kompasiana. Lain lagi mengatakan, wah bagaimana bisa mendapatkan K-reward...
Sebuah kisah nyata, teman ini sarjana, temannya juga sarjana. Teman pertama kerja di proyek sipil. Gajinya jauh di atas UMR. Tip yang diterima biasanya cukup gede juga. Sering bonus atau tips ini hanya habis untuk karaoke atau minum dengan teman-temannya. Nah ia sering dongkrong di tempat temannya yang nyambi jadi tukang parkir, rekannya ini punya profesi lain sebenarnya.
Namanya markir, uang yang diterima pastilah uang kecil, ribuan, dua ribuan, dan sekelas itu. Rekannya yang pekerja proyek memerhatikan, selalu menata dengan rapi uang ribuan itu, ujung yang nekuk diluruskan, ditata dengan begitu rapi. Ia melihat ada penghormatan atas uang itu, yang baginya tidak teringat.
Masih banyak lagi yang menyatakan dengan berbagai variannya. Itu semua tidak salah, namun apakah harus demikian? Jawabannya tidak.
Jika takut karena merasa mutu tulisannya buruk, mengapa harus takut? Ini media yang namanya media warga, bukan level profesional. Tidak perlu takut. Memang banyak profesor, banyak wartawan profesional, banyak pula penulis dengan buku yang sudah menumpuk dihasilkan.
Ya jangan mendongak, melihat yang model itu, tapi belajarlah agar bisa menyajikan tulisan seperti itu. Tapi hati-hati, jangan jadi beban dan malah makin mengkeret dan lebih takut  lagi menulis dan menuangkan gagasannya.
Para profesor, penulis, dan wartawan  profesional itu juga tidak pernah menghakimi tulisan lain kog. Berinteraksi dengan lebih baik. Penyuka bola banyak pakar bola dan olah raga yang sangat baik di dalam memberikan motivasi. Saling kunjung dan komentar akan membantu mengembangkan daya imajinasi dan menulis.
Sepanjang tidak melanggat syarat dan ketentuan, lajulah! Tidak perlu takut, sekelas doktor dan dosen juga ada yang tulisannya susah dipahami  dan sepi dari pengunjung. Artinya apa? Belum tentu  gelar atau profesi apapun juga mampu menyajikan tulisan yang bisa diterima oleh khalayak pembaca. Jadi mengapa takut dan mengkeret untuk menulis. Tulis saja, belajar dan belajar.
Perhatikan syarat minimal. Ada aturan jumlah kata minimal yang boleh tayang. Fiksi dan kanal lain cukup berbeda. Jangan sampai salah atau malah tidak tahu. Tandanya malas membaca, lha lucu mau menulis enggan membaca. Jelas akan kering dan kaku tulisannya.
Ingat kutipan atau copasan sejumplah maksimal 25%, jadi kalau menulis 1000 kata, jangan sampai melebihi 250 kata yang berasal dari kutipan atau mengopas dari artikel lain. Hal ini bisa diatasi dengan model rujukan, tunjuukan dengan link atau tautan pada yang mau dirujuk. Misalnya berita atau opini dari media lain.
Jika belum cukup bermain dalam kanal opini dengan menyebutkan nama, bisa dicoba kemas dengan dongeng, fiksi, dan cerita. Ini membantu untuk mengamankan diri dari kemungkinan mendapatkan masalah. Misalnya komentar yang terlalu sadis, atau bahkan tuntutan hukum.
Menyiasati tulisan dalam judul juga penting. Awal dulu, sering judul diberi tanda tanya "?", tambahan, agar menjadi sebuah tanya, bukan menjadi pernyataan atau tuduhan. Ini berkaitan dengan jerat hukum yang bisa terjadi. Hal  yang cukup penting dan banyak dilakukan para penulis yang sudah cukup lama.
Sajikan tulisan yang terbaik menurut pribadi. Ingat menurut pribadi, sama dengan poin  pertama tadi. Jika mendongak, jangan harap akan berkembang. Takut iya, jangan takut mendapatkan hits kecil, atau komentar miring. Jika memang komentar itu benar padahal kritik ya dengat dan ubah, jika tidak tepat, biarkan saja. Jika berani jawab saja, atau minta bantu rekan lain. Kner lain akan dengan suka rela membantu. Belum pernah ada Kner yang bermaksud menjatuhkan rekan Kner lain. Yakini dulu hal ini. Membantu mengembangkan sangat mungkin.
Kompasiana banyak berkembang menjadi grup media percakapan, media sosial, atau komunitas di dalam K sendiri. Terlibat dan ikutlah, atau minta rekan yang dikenal untuk memasukan. Ada lokasi atau domisili, kota, atau kesukaan yang sama, fiksi misalnya. Jika belum ada kontak, bisa menggunakan fasilitas pesan yang disediakan Kompasiana. Jangan-jangan banyak yang tidak menyadari ada sarana ini.
Ketika sudah masuk komunitas atau grup media percakapan, di sana akan menemukan rekan-rekan Kner yang sangat mungkin akan membantu secara suka rela, atau terpaksa juga tidak tahu pula. Jaringan pribadi ini yang pasti akan jauh mengembangkan. Komunikasi, tanya, minta masukan, atau bisa pula jika berbahaya akan ditegur, jika rekan sudah kenal baik.
Membaca, ini jelas penting, bagaimana mau menjadi tukang nulis jika enggan membaca. Bacaan itu memberikan inspirasi untuk dikemas dan tulis ulang. Bahan bacaan bisa menjadi sebuah inspirasi, bisa pula menjadi bahan utama, atau malah bahan utuh dalam tulisan.
Kadang akan ada tulisan atau artikel yang bisa dipersepsikan menyasar atau menuju pihak tertentu. Cuek saja, anggap tidak ada, jangan ketakutan, jangan-jangan itu untuk tulisanku ya, waduh tulisanku sesuai dengan kriteria-kriteria itu, dan kembali mengkeret. Belum tentu, atau bisa juga.
Sepanjang bukan sempritan dari Admin dengan membuka link dan keluar portal tidak perlu risau dan takut. Sesama Kner hanya bisa menyatakan pendapat, tidak bisa lebih. Mengapa harus repot menafsir atau menganalisis dan mencemaskan apa yang belum tentu terjadi.
Menulislah dengan gembira, dan itu akan terbaca dari artikel. Ketakutan, risau, atau caper juga akan terbaca dari artikel. Mari bersenang-senang dengan Kompasiana.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H