Menko PMK mengatakan Jakarta angkat tangan untuk warganya yang terdampak covid. Menjadi kontradiksi, ketika beberapa waktu lalu gubernur ini melaporkan kepada wapres untuk meminta tambahan tanggungan dari pusat, karena mereka sudah menyantuni sebagian lainnya. Kyai Haji Makruf Amin sudah menanyakan datanya mana sejumpah sekian juta itu. Jawaban yang  tidak jelas, khas Anies.
Colekan untuk Mensos oleh Menkeu ini bagus juga dan terungkap betapa kacau dan ngawurnya pembagian bansos ini. Dana tidak ada, eh hanya menjadi pelaksana pun ngaco. Pantas saja menjadi demikian pendiam akhir-akhir ini.
Tiba-tiba mengatakan uang tidak ada, padahal belum lama juga menyatakan dengan gagah berani pemerintah pusat masih memiliki utang kepada DKI. Jawaban Menkeu bahwa masih menunggu audit, toh sebagian juga sudah dicairkan, karena kemanusiaan. Sekali lagi kemanusiaan, mana yang menagung-agungkan agama itu?
Miris pada sisi lain, bisa membayar commitment fee balapan tamiya, eh formula e untuk dua gelaoarn 560 M. Pantas saja sebagian dewan DKI sudah gerah dan meminta untuk menarik dana itu. Lebih penting makan dari pada balapan, katanya. https://www.kompasiana.com/paulodenoven/5eb160add541df7ca20195c4/mendadak-menolak-balapan-demi-makan-dan-nasip-anies
Kabinet sebagai pembantu presiden juga selayaknya membantu dalam arti politis seperti ini. Berbulan-bulan seolah Anies Baswedan merasa di atas pemerintah pusat, melakukan aksi yang seolah lebih pinter dari pada pemerintah pusat. Lha ternyata soal uang saja tidak berdaya. Apalagi pikiran.
Miris ketika banyak yang mengatakan Jokowi, Tito, KPK tidak berdaya menghadapi ugal-ugalannya Anies. Itu cukup gencar, banyak pula yang terpedaya, seolah Anies lebih sigap dan keren dalam menangani covid, kini semua sudah terbuka dengan gamblang.
Kebak sundukane, tidak bisa diabaikan falsafah Jawa ini, demikian pun Jokowi sebagai orang Jawa, Solo lagi, tidak akan pernah menyatakan anak buahnya seperti apa. Ingat dia diganti sebagai menteri, dan dia ugal-ugalan, Jokowi tetap diam saja. Kini jawaban itu keluar, dan tidak bisa apa-apa lagi.
Sikap Sri Mulyani yang menjawab apa yang tidak sampai hati dilakukan oleh Jokowi. Gamblang, lugas, dan tidak terbantahkan. Arogan yang dikemas dengan bahasa santun membuat beberapa orang terpedaya, dan akhirnya apa? Jelas seperti apa  rupa aslinya.
Kesabaran Jokowi layak mendapatkan apresiasi. Coba mengikuti pola pendekatan Anies dan kawan-kawan untuk lock down, hanya untuk DKI saja kewalahan, apalagi Indonesia. Covid kau berjasa membuka topeng dan kualitas elit negeri ini.
Layak bersyukur pemerintah ini tidak mudah diprovokasi, tidak mudah kalut dengan ancaman, dan fokus dengan yang terbaik bagi negeri. Syukur hingga hari ini relatif baik, aman, dan bisa terkendali. Benar masih banyak bolong dan kesalahan, toh masih bisa diperbaiki.
Ketika bergetar itu menjadi senyap, luka 10 tahun lalu Sri Mulyani yang terbuang oleh atasan, kini melihat ada atasan yang memberikan demikian banyak hal bagi anak buah, termasuk kegagalan saja diberi kesempatan. Grusa grusu tanpa perhitungan dan malu di belakang. Ternyata pilihan dengan tenang Jokowi lebih tepat sasaran. Berapa saja uang yang akan terbang tanpa kendali dan lepas sasaran jika menggunakan skema Anies Baswedan.