Ketiga, para pengail di air keruh. Soal data yang kacau balau itu berjalan sekian lama, bukan hanya kali ini saja. Cek dalam rekaman sekian lama, akan ada semua kekacauan demi kekacauan yang sama. Ada yang sengaja, ada yang karena tidak bersyukur, dan tidak heran banyak ungkapan, yang benar-benar butuh diam menanti pendataan, dan yang mampu beli paket data ribut di medsos.
Kondisi ini terjadi di masyarakat kita, eh elit malah menuding pemerintah yang tidak menjalankan dengan semestinya. Hal yang berbeda, atau karena tidak tahu lapangan, sehingga dengan mudah melihat yang sekilas terbaca? Tampaknya iya, jika melihat pola pendekatan dan birokrasi yang ada.
JK, si Mantan Ribut. Sama-sama mantan, ini juga meributkan apa yang tidak semestinya. Ketika mengatakan atau malah cenderung memaksakan lock down dengan menakutnakuti. Â Kalau tidak mau seperti India, Itali, atau Iran. Ketika lock down di India jadi kacau balau diam seribu bahasa.
Keyakinannya cepat itu lebih baik tidak menemukan pembenarnya dalam konteks ini. Lha Amrik sebagai pusat kemajuan apapun hari-hari ini menjelang sejuta korban. Apa kurang majunya mereka. Kecepatan yang tidak terukur dan tepat malah ngaco, seperti lock  down di Tegal dan jelas India.
Kini mengatakan pemerintah terlambat, lamban, dan segala hal yang negatif terlontar. Senada dengan pasangannya periode 2004-2009. Apakah mereka mau kolaborasi dengan beralih posisi dengan JK RI-1 dan SBY RI-2? Ini secara konstitusi mungkin bisa, dengan menafsirkan paksa dan sangat mungkin terjadi.
Tampaknya ini bisa menjadi solusi yang menyenangkan keduanya. Ribet dan ribut yang kurang berdaya guna di tengah kejar-kejaran dengan laju virus ini. Angka yang stabil pada prosentasi yang tidak jauh berbeda, ini sejatinya patut disyukuri. Tidak malah dinyinyiri.
Energi bangsa ini perlu banyak, baik, dan prima. Tidak malah saling tuding dan tuduh, lucu dan miris malah yang tidak bertindak, salah pun didiamkan. Yang dihajar malah yang melakukan. Negara ini apa sih maunya? Â Aneh dan lucu. Bagaimana banyak pejabat hanya makan gaji buta didiamkan, namun yang bekerja dengan mempertaruhkan segalanya malah disikat sana-sini.
Melaju dalam perahu yang sama, ada yang mengembangkan layar, ada yang mancing, ada yang tidur, yang paling kurang ajar itu malah melobangi dengan dalih sedang berkarya dan itu haknya. Ini bukannya kreatif tapi sableng. Siapa  mereka tahu sendirilah orang atau kelompoknya.
Lha kapan covid bisa berbirit-birit kalau malah asyik menuding Jokowi, pemerintah atau para pelaku di pemerintahan saja fokusnya. Musuhnya itu covid bukan malah suksesi. Aneh dan lucu banget. Di mana apa-apa ganti presiden. ingat baru saja pelantikan, belum setahun. Siapkan saja untuk 24 kalau mau. Covid itu perlu diusir, dan itu  perlu kerja sama, perlu kedisiplinan.
Belum dengatr JK sebagai ketua Dewan Masjid berseru soal ini. Padahal itu sangat mungkin. Lebih kuat suara politikus pengusaha dari pada pemuka Masjid. Atau SBY sebagai politikus dengan mantan presiden jabatannya, serukan minimal kader Demokrat disiplin diri dulu. Memangnya kalau covid pergi hanya Jokowi yang dapat point? Miris sebenarnya.
Terima kasih dan salam