Itu semua tidak bisa direkayasa. Beda jika media sosial, SJW, atau buzzer-influenser yang bicara. Kabinet saja yang bicara belum tentu bisa dipercaya. Jika pasar internasional yang bicara, gak percaya? Ya sudah yang patut dipertanyakan justru kualitas yang bicara.
Rekam jejak itu menentukan. Jokowi memlih jalan sulit asal untuk bangsa dan negara. Pilpres periode dua sangat susah. Padahal mau gampang itu sederhana, naikan gaji ASN, turunkan harga BBM, dan TDL, pemilih pasti girang bukan main. Toh tidak dilakukan. Benar  kata Prabowo, pilihan Jokowi adalah demi rakyat yang paling lemah menjadi pertimbangan keputusannya.
Semua aspek di atas, politik, agama, ekonomi, sosial, psikologis massa itu menjadi pertimbangan pemerintah. Berbeda dengan sudut pandang pengusaha atau politikus tentunya. Bayangkan kesiapan logistik, alat kesehatan, dan juga kesiapan menghadapi keadaan terburuk itu tidak gampang.
Keputusan perlu data yang lengkap, bukan grusa-grusu yang malah gagal dalam keadaan lebih buruk. Lah benar saja dihujat apalagi salah. Bicara memang gampang. Ndelok, kendel alok, berani berkomentar, ya tugas penonton. Karena tidak memiliki tanggung jawab moral. Berbeda dengan pengambil keputusan. Siapa sih yang siap dengan yang namanya pandemi?
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H