Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

JK: Pemerintah Lamban

23 April 2020   15:55 Diperbarui: 23 April 2020   15:58 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ekonomi. Unsur ekonomi, bagaimana mendapatkan keuntungan dari pandemi. Mau untung dengan di atas  derita orang atau tidak. Itu ranah etik,  dan ternyata banyak yang berpola demikian. Lihat harga masker di bulan-bulan lalu. Atau banyaknya calo ini dan itu.

Pelaku ekonomi melihat pandemi dalam lingkup keuntungan dan potensi kerugian yang sangat mungkin terjadi. Maka banyak orang meminta bantuan, insentif, dan dunia usaha menjerit atau gampangnya melakukan PHK.

Sosial. Panik, membeli, menimbun, dan belanja besar-besaran yang tidak terkendali. Pengetahuan yang tidak dipahami dengan benar kemudian menimbulkan kekacauan dan kepanikan yang tidak jelas.

Contoh sosial yang perlu perhatian sebagaimana lock down India, juga di Tegal. Bagaimana ujung dari itu semua adalah kekacauan. Pun di Jakarta juga sama, ketika pembatasan angkutan massal berujung pada penumpukan massa.

Sosial menjadi tidak mudah ketika bangsa ini terdiri atas demikian banyak suku, ras, kebudayaan, dan itu pendidikan dan kemampuannya pun banyak kesengajangan. Jakarta saja sebagai barometer demikian kompleknya. Baru PSBB sudah riuh rendah, apalagi jika benar-benar lock down. Ini dampaknya tidak kecil.

Psikologi massa. Mirip dengan sosial, namun cukup berbeda karena ini berkaitan dengan pengetahuan, kebiasaan, dan sikap selanjutnya yang terpengaruh oleh kebiasaan. Lihat saja bagaimana penolakan dan ketakutan saling silang tidak karuan. Termasuk sikap apatis, sok tahu, dan juga meremehkan.

Pendidikan, media, dan pengetahuan warga. Media memegang perang penting, eh ternyata malah ngaco. Belum lagi pendidikan bangsa ini, semakin tinggi toh tidak linier dengan kemampuan menghadapi masalah. orang-orang kadang malah sok pinter. Belum lagi media massa yang kacaunya minta ampun itu. Susah mengharapkan  point ini bisa tenang dan menyelesaikan dengan kepala dingin.

Agama dan politik. Jokowi tahu dengan baik. Bangsa ini mabuk dua hal ini. benar terjadi, 200 negara kena pandemi, hanya RI yang bicara soal suksesi. Mulai dari suruh mundur, ganti, bahkan impeachment. Belum lagi dari tentara allah hingga yang mengaitkan itu dengan hukuman dari Tuhan.

Belum lagi soal ibadah, ada yang taat namun ada yang malah menyatakan itu sebagai ujian iman. Pemuka agama saja ada yang model begitu. Jadi susah mau cepat.

Belum lagi komnas rasa LMS. Ini juga ribet, bukannya membantu seringnya menghambat. Memang belum ada pernyataan resmi, namun rekam jejak mereka biasanya oposan, dan itu sangat tidak mudah disikapi. Ribet yang menghabiskan energi.

Mau cepat atau lamban itu relatif. Cepat tapi bubar jalan, ya buat apa. Lamban tanpa penanganan atau menyebar dengan tidak terkendali itu pasti patut dihajar memang pemerintah. Lucu saja ketika negara lain mengapresiasi dengan hutang yang disetujui, penguatan nilai tukar mata uang, dan juga pernyataan resmi banyak kepala negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun